21.08.201702:25:00UTC+00Perekonomian Thailan mengalami perkembangan terbesar sejak tahun 2013

Perekonomian Thailand berkembang pada laju yang paling cepat selama lebih dari empat thaun di triwulan kedua, secara umum disebabkan oleh permintaan global. Produk domestik bruto berkembang 3,7 persen dalam basis tahunan, mengikuti pertumbuhan sebesar 3,3 persen di triwulan sebelumnya, Dewan Perkemabngan Ekonomi dan Sosial Nasional mengatakan di hari Senin. Per triwulan, pertumbuhan ekonomi tetap stabil di 1,3 persen di triwulan kedua. Dalam sisi pembelanjaan, pembelanjaan konsumsi akhir swasta naik 3,0 persen, dibandingkan dengan 3,2 persen di triwulan pertama. Pada waktu yang bersamaan, pembelanjaan konsumsi akhir pemerintah secara umum berkembang sebesar 2,7 perseb dan formasi modal tetap bruto naik tipis sebesar 0,4 persen, Untuk sektor eksternal, barang-barang serta jasa ekspor dan impor tumbuh sebesar 6,0 persen dan 8,2 persen, masing-masing secara berurutan. Penjabaran GDP dari segi produksi menunjukan kenaikan sebesar 15,8 persen dalam produksi pertanian. Pertumbuhan produksi non pertanian turun menjadi 2,7 persen dari 3,1 persen sementara sektor manufaktur melambat, sementara pariwisata menunjukan tren kenaikan. Di paruh pertama tahun 2017, GDP berkembang 3,5 persen. Mengutip dari pemulihan ekspor, investasi yang kuat dan ekspansi pendapatan rumah tangga yang mendukung, pemerintah menaikan outlook pertumbuhannya untuk tahun 2017 menjadi 3,5-4 persen, dari perkiraan sebelumnya yaitu 3,3-3,8 persen. Diperkirakan angka barang-barang ekspor akan berkembang sebesar 5,7 persen, konsumsi swasta dan total investasi akan naik sebesar 3,2 dan 3,4 persen, secara berurutan. Inflasi pokok akan berada di kisaran 0,4-0,9 persen dan current account akan mencatatkan surplus sebesar 9,7persen terhadap GDP, dewan tersebut mengatakan. Gareth Leather, ekonom di Capital Economics mengatakan pertumbuhan sepertinya akan tetap relatif kuat selama beberapa triwulan kedepan, didukung oleh permintaan eksternal yang kuat dan melonggarnya kebijakan moneter dan fiskal. Situasi politik yang tidak pasti merupakan risiko utama terhadap outlook, ekonom menambahkan.