08.06.202019:19:00UTC+00Futures Minyak Mentah Ditutup Turun Tajam

Harga minyak mentah bergerak turun pada hari Senin, terbebani oleh berita tentang keputusan Arab Saudi untuk tidak memperpanjang pengurangan sukarela tambahan produksi minyak mentah. Pada hari Sabtu, OPEC dan sekutu sepakat untuk mempertahankan penurunan produksi yang ada hingga akhir Juli. Output yang dibatasi mewakili sekitar 10% dari pasokan minyak mentah dunia secara keseluruhan. Menyusul keputusan kelompok itu untuk tidak memperpanjang pemotongan di luar Juli, Arab Saudi dengan tajam menaikkan harga minyak mentah bulanan untuk Juli dan mengatakan tidak akan ada pengurangan sukarela tambahan. Menteri Energi Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, mengatakan dalam sebuah konferensi pers pada hari Senin bahwa kerajaan dan sekutu Teluk Kuwait dan Uni Emirat Arab tidak akan memangkas produksi dengan tambahan 1,18 juta barel per hari pada Juli seperti yang mereka lakukan pada bulan ini. Pemotongan sukarela oleh negara-negara ini merupakan tambahan terhadap pengurangan yang disepakati sebesar 9,7 juta barel per hari, menurut rencana OPEC +. Futures minyak mentah West Texas Intermediate untuk Juli ditutup turun $ 1,36 atau sekitar 3,4% di harga $ 38,19 per barel. Futures minyak mentah Brent turun $ 1,30 atau sekitar 3,1% di harga $ 41,00 per barel. Para ahli mengatakan bahwa kepatuhan terhadap perjanjian di antara anggota OPEC seperti produsen ilegal Irak dan Nigeria, yang merupakan titik penting menuju pertemuan itu, akan tetap menjadi masalah ke depannya. Potensi kembalinya output Libya juga diperkirakan akan menimbulkan tantangan besar bagi kepemimpinan OPEC. Ladang minyak terbesar Libya, El-Sharara, secara bertahap melanjutkan produksi setelah shutdown lima bulan yang menutup sebagian besar produksi negara itu. Produksi di Saharara akan dilanjutkan awalnya sebesar 30.000 barel per hari dan membutuhkan waktu tiga bulan untuk kembali ke kapasitas penuh karena gangguan yang disebabkan oleh shutdown, sebuah laporan Bloomberg menyatakan, mengutip National Oil Corp yang dikelola negara Libya. Sharara memproduksi sekitar 300.000 barel sebelum pemotongan di tengah serangan oleh Khalifa Haftar, yang memimpin pasukan militer pemberontak yang berbasis di timur negara itu.