06.08.202006:41:00UTC+00PDB Filipina turun di laju tercepat sejak 1981

Perekonomian Filipina memasuki resesi di triwulan kedua setelah produk domestik bruto turun di laju tercepat sejak 1981 karena lockdown untuk mengatasi penyebaran coronavirus membebani aktivitas ekonomi yang menyebabkan jutaan pengangguran. Produk domestik bruto turun 16,5 persen dalam basis tahunan di triwulan kedua, lebih besar dibandingkan dengan penurunan 0,7 persen di triwulan pertama. Ini merupakan kontraksi kedua berturut-turut. Penruunan terbaru merupakan yang terbesar sejak 1981 dan juga lebih besar dibandingkan dengan perkiraan ekonom di 9 persen. Pada basis triwulan, PDB turun 15,2 melawan 5,7 persen penurunan di triwulan pertama. Pemerintah memperkirakan ekonomi akan turun 5,5 persen di 2020 dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya dari 2 hingga 3,4 persen penurunan. Kegagalan untuk mengatasi virus, berlanjutnya pembatasan pergerakan dan dukungan kebijakan yang tidak memadai berarti bahwa negara itu juga kemungkinan akan mengalami salah satu pemulihan paling lambat di kawasan itu, Alex Holmes, seorang ekonom di Capital Economics, mengatakan. Rincian sisi pengeluaran menunjukkan konsumsi rumah tangga turun 15,5 persen dalam satu tahun, sementara itu pengeluaran pemerintah naik 22,1 persen. Pada waktu yang sama, formasi modal tetap bruto mencatat penruunan tajam di 53,5 persen. Ekspor dan impor masing-masing turun 37 persen dan 40 persen. Dari sisi produksi, seluruh sektor kecuali produksi pertanian turun dari tahun lalu. Manufaktur turun 21,3 persen dan produksi konstruksi turun 33,5 persen. Transportasi dan penyimpanan turun 59,2 persen, sementara itu pertanian, perhutanan, dan kelautan mencatatkan 1,6 persen. Industri dan jasa keduanya masing-masing turun 22,9 persen dan 15,8 persen.