14.10.202018:54:00UTC+00Emas Berjangka Ditutup Naik Karena Permintaan Safe haven

Harga emas bergerak naik pada Rabu karena investor cenderung membeli aset safe-haven setelah jeda uji klinis tahap akhir beberapa vaksin virus corona, dan memudarnya harapan terhadap stimulus fiskal AS. Meningkatnya ketegangan antara AS dan China juga mendukung kenaikan emas. Melmahnya dolar juga berkontribusi pada kenaikan logam kuning ini. Indeks dolar, yang merosot ke 93,25, terakhir terlihat di 93,40, turun 0,16% dari penutupan sebelumnya. Emas berjangka untuk Desember ditutup naik $12,70 atau sekitar 0,7% di level $1.907,30 per ons. Perak berjangka untuk Desember naik $0,266, menetap di $24,395 per ons, sementara tembaga berjangka untuk Desember menetap di harga $3,0505 per pon, naik $0,0060. Di sektor Covid-19, gelombang kedua infeksi di Eropa akibat virus ini mendorong pembatasan baru untuk menghentikan penyebarannya. Pemerintah daerah Catalonia, wilayah terpadat di Spanyol, tangeh mempertimbangkan penutupan total bar dan restoran untuk membendung penyebaran virus. Di Prancis, Paris, Marseille dan tujuh kota besar lainnya telah ditempatkan dalam kondisi siaga maksimum. Sistem tiga tingkat baru pembatasan Covid-19 telah dimulai di Inggris, yang meningkatkan kekhawatiran bahwa tindakan yang lebih ketat akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Terhentinya uji coba vaksin Covid-19, berkurangnya prospek paket stimulus virus corona AS sebelum pemilu AS dan meningkatnya ketegangan AS-China juga membantu meningkatkan permintaan safe-haven terhadap logam mulia ini. Di sisi stimulus, Menteri Keuangan, Steven Mnuchin mengatakan pengesahan RUU stimulus baru sebelum pemilu "akan sulit." "Kami terus membuat kemajuan pada masalah tertentu, namun pada masalah tertentu kami terus berjauhan," ujar Mnuchin mengenai negosiasi dengan Ketua DPR, Nancy Pelosi dalam sambutannya di Milken Institute Global Conference. Sementara pukulan terhadap ekonomi global dari krisis Covid-19 mungkin tidak separah yang dikhawatirkan pada awalnya, pemulihan akan "lama, tidak merata dan tidak pasti", Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pada hari Selasa dalam World Economic Outlook terbaru.