12.04.202213:36:00UTC+00Harga Konsumen AS Melonjak Di Tengah Lonjakan Harga Bensin

Mencerminkan lonjakan harga bensin, Departemen Tenaga Kerja merilis laporan pada hari Selasa yang menunjukkan harga konsumen AS ikut melonjak di bulan Maret. Departemen Tenaga Kerja mengatakan bahwa indeks harga konsumen melonjak sebesar 1.2 persen pada Maret setelah naik 0.8 persen pada Februari. Kenaikan tajam harga konsumen tersebut sesuai dengan perkiraan ekonom. Lonjakan harga konsumen terjadi karena harga bensin meroket sebesar 18.3 persen, terhitung lebih dari setengah kenaikan bulanan. Harga makanan pun juga ikut melonjak sebesar 1.0 persen. Sementara itu, laporan menunjukkan bahwa harga konsumen inti yang tidak termasuk harga makanan dan energi, naik tipis 0.3 persen di bulan Maret setelah naik 0.5 persen di bulan Februari. Para ekonom sebelumnya memperkirakan kenaikan lainnya sebesar 0.5 persen. Kenaikan harga inti mencerminkan kenaikan harga tempat tinggal bersama dengan kenaikan harga tiket pesawat, perabot dan operasi rumah tangga, perawatan medis, dan asuransi kendaraan bermotor. Tingkat tahunan pertumbuhan harga konsumen meningkat menjadi 8.5 persen di bulan Maret dari sebelumnya sebesar 7.9 persen di bulan Februari, situasi ini menunjukkan pertumbuhan tercepat sejak Desember 1981. Harga konsumen inti naik 6.5 persen tahun ke tahun di bulan Maret, mencerminkan kenaikan dari kenaikan 6.4 persen di bulan Februari. Pertumbuhan tahunan tersebut merupakan peningkatan terbesar sejak Agustus 1982. Lonjakan harga energi membantu mendorong inflasi IHK utama hingga tertinggi baru 40 tahun di 8.5% pada bulan Maret, namun dengan efek dasar yang ditetapkan menjadi jauh lebih menguntungkan dan tanda-tanda bahwa kenaikan bulanan dalam harga inti bergerak sedang, maka kami memperkirakan hal tersebut akan menandai puncaknya," ungkap Andrew Hunter, Ekonom Senior AS di Capital Economics. Pada hari Rabu, Departemen Tenaga Kerja dijadwalkan untuk merilis laporan terpisah tentang inflasi harga produsen di bulan Maret. Indeks harga produsen diperkirakan akan melonjak sebesar 1.1 persen.