07.12.202205:32:00UTC+00Ekspor & Impor China Dirugikan oleh Kebijakan Nol Covid, Permintaan Lebih Lemah

Ekspor dan impor China turun lebih dari yang diperkirakan di November seiring pembatasan ketat Covid terus mengganggu rantai pasokan serta konsumsi, dan semakin memperkelam prospek pertumbuhan untuk perekonomian terbesar di Asia ditengah tanda-tanda resesi global yang segera terjadi. Pengiriman China mencatat penurunan tahunan dari 8,7 persen di November, data dari General Administration of Customs diungkapkan hari Rabu. Ekonom telah memperkirakan penurunan sedang 3,6 persen dalam ekspor setelah penurunan 0,3 persen di Oktober. Ini merupakan penurunan kedua berturut-turut dan juga yang terbesar sejak awal 2020. Demikian pula dengan impor ke China yang paling banyak menurun sejak pertengahan 2020. Impor turun 10,6 persen per tahun, lebihi besar dari penurunan 5,0 persen yang diperkirakan dan penurunan 0,7 persen. Oleh karena itu, neraca perdagangan China menunjukkan surplus $69,84 miliar, yang dibawah level yang diperkirakan dari $79,05 miliar. Ekspor ditetapkan akan semakin mundur pada triwulan mendatang bahkan seiring China bergerak menjauh dari nol-COVID, ekonom Capital Economics Julian Evans-Pritchard mengatakan. Dmapak yang jauh lebih besar adalah penurunan permintaan global untuk barang-barang China akibat pembalikkan dalam permintaan era-pandemi dan resesi global mendatang, sang ekonom menambahkan. "Hasil dari gangguan virus dan kelemahan properti akan terus membebani impor dalam waktu dekat," ekonom mengatakan. Survei S&P Global Purchasing Managers' yang dirilis minggu ini menunjukkan bahwa sektor swasta terus turun di November seiring bisnis baru yang turun dengan kuat. Bulan lalu, Organisation for Economic Co-operation and Development memperkirakan pertumbuhan ekonomi China akan melambat menjadi 3,3 persen tahun ini sebelum naik menjadi 4,6 persen di 2023 dan 4,1 persen di 2024. Perkiraan untuk tahun ini jauh lebih lemah dibandingkan target Beijing sekitar 5,5 persen dari pertumbuhan PDB.