14.12.202319:10:00UTC+00Kontrak Berjangka Minyak Meningkat Tajam

Harga minyak bergerak naik tajam pada hari Kamis, mencatat kenaikan kuat selama dua hari berturut-turut, terangkat oleh pelemahan dollar dan revisi naik pada perkiraan permintaan minyak global oleh International Energy Agency (IEA).

Kekhawatiran mengenai keamanan pasokan Timur Tengah menyusul serangan kapal tanker di Laut Merah di lepas pantai Yaman juga berkontribusi pada kenaikan harga minyak.

Harga minyak juga didukung oleh data hari Rabu dari Energy Information Administration (EIA) yang menunjukkan terjadinya penurunan persediaan minyak mentah sebesar 4,3 juta barel pekan lalu.

Indeks dolar turun ke 101,77, tetapi kemudian pulih ke 101,98 walaupun masih tertinggal dari penutupan sebelumnya sekitar 0,9%.

Dolar turun di tengah harapan penurunan suku bunga setelah Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga, seperti yang diharapkan secara luas, dan mengisyaratkan tiga kali penurunan suku bunga pada tahun 2024, dengan alasan pelonggaran inflasi dan perlambatan pertumbuhan.

Minyak mentah berjangka West Texas International Crude untuk bulan Januari ditutup lebih tinggi $2,11 atau sekitar 3% pada $71,58 per barel.

Minyak mentah berjangka Brent menetap di $76,61 per barel, naik $2,35 atau sekitar 3,16%.

"Prospek penurunan suku bunga yang dalam dari bank-bank sentral tahun depan telah mendorong prospek ekonomi global dan pada gilirannya harga minyak," ujar Craig Erlam, Analis Pasar Senior di OANDA, UK & EMEA. "Pertanyaannya sekarang adalah, apakah bank-bank sentral merespons tepat pada waktunya atau apakah itu akan terbukti terlambat? Harga minyak dalam beberapa pekan ke depan dapat memberikan beberapa gambaran mengenai ekspektasi pasar terhadap hal tersebut."

IEA, yang memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak tahun 2023 sebesar 90.000 bph, telah menaikkan proyeksi pertumbuhan permintaan untuk tahun 2024 sebesar 130.000 bph menjadi 1,1 juta bph.

OPEC+ menaikkan estimasi pertumbuhan ekonomi global 2023 dalam laporan bulanan terbarunya.

Kartel ini menyalahkan penurunan harga minyak mentah terbaru pada "kekhawatiran yang berlebihan" tentang pertumbuhan permintaan minyak dan mengatakan bahwa mereka memperkirakan permintaan minyak akan tumbuh sebesar 2,2 juta barel per hari pada tahun depan.