Saat para investor tengah menimbang apakah OPEC dan Rusia aka dapat menebus penurunan ekspor Iran, mendekatnya badai Gordon ke pesisir Teluk Meksiko memungkinkan "bull" Brent menjauhi titik penting secara psikologis $80 per barel. Bagian dari wilayah ini sekitar 17% produksi dan 45% proses dari semua minyak Amerika, bagaimana tidak menggelisahkan dan mulai membatasi produksi? Namun, dampak dari badai terhadap harga di pasar minyak seringnya hanya sementara. Jika bencana alam tidak semengerikan seperti yang diantisipasi manusia, para pembeli dapat mulai mengunci keuntungan.

Menurut informasi yang terkumpul, dengan bantuan kapal tangki, ekspor minyak dari Iran menurun sebesar 14% pada bulan Agustus. Sumber Wall Street Journal dalam negeri yang dapat dipercaya melaporkan penurunan dari 2,3 juta b/d pada bulan Juni menjadi 1,5 juta b/d pada bulan September. Pengiriman minyak dari produsen terbesar OPEC jatuh dengan pesat, dan faktanya bahkan sebelum berlakunya sanki AS pada awal November masih jauh. Ekspor ke Eropa turun sebesar 45% pada bulan Juli, ke Korea Selatan sebesar 40%, India diperkirakan penurunan pembelian sebesar 50%, meskipun bersama dengan China dan Turki akan terus menerima minyak dari Tehran. Lubang yang harus ditutup para kartel, dan para ahli Bloomberg memperkirakan pertumbuhan produksi menjadi 420 ribu b/d pada bulan Agustus, menjadi 32,74 juta b/d. Jika angka sebenarnya lebih kecil, "bull" dalam Brent dan WTI akan meneruskan serangannya.

Dinamika produksi minyak oleh OPEC

Terlepas dari fakta bahwa Nigeria telah mencoba untuk mengendalikan spekulan, dengan mengatakan bahwa usahanya dan usaha Arab Saudi, UEA dan Angola cukup memadai untuk mengkompensasi pengurangan ekspor Iran, bank-bank besar tengah meninjau prakiraan mereka ke atas. Dengan demikian, Barclays percaya bahwa varietas laut Utara di bawah pengaruh sanksi AS dan penurunan produksi pada berapa negara produsen mungkin melebihi $80 per barel dalam jangka pendek. Prakiraan harga rata-rata pada tahun 2020 dinaikan dari $55 menjadi $75 per barel. BNP Paribas meragukan bahwa penurunan pasokan dari Iran, gangguan di Libya dan penurunan produksi Venezuela akan diimbangi oleh kenaikan produksi OPEC. Bank memperkirakan akan melihat harga rata-rata Brent sebesar $79 per barel pada tahun 2019.

Kondisi pasar yang menguntungkan dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh pabrikan Amerika. Menurut Administrasi Informasi Energi AS, jumlah produksi di Amerika Serikat naik dari bulan Mei hingga Juni sebesar 230 b/d dan sewaktu-waktu dapat menyentuh level penting secara psikologi 11 juta b/d. Sayangnya, pasar masih mengabaikan ini sebagai pemicu "bearish" untuk Brent dan WTI, lebih memilih untuk memenangkan kembali faktor-faktor badai dan sanksi Amerika terhadap Iran.

Secara teknis, pada grafik harian, Brent mencapai target 88,6% pada pola "Shark" yang menaikkan kemungkinan pengembalian ke arah 23,6%, 38,2% dan 50% wave CD. Jika bull berhasil memperbarui puncak bulan September dan meraih pijakan di atasnya, risiko kelanjutan perjalanan naik ke target akan naik sebesar 113%.

Brent, chart harian