Pound yang berpasangan dengan dolar memasuki angka ke-29 dan memiliki peluang untuk turun ke titik dasar, atau paling tidak ke level 1,2905, di mana level support terletak, bertepatan dengan garis bawah indikator Bollinger Bands pada D1 dan batas bawah Kumo cloud pada kerangka waktu yang sama. Oktober sangat penting bagi GBP/USD, karena nasib Brexit harus diputuskan pada bulan ini. Mari saya ingatkan Anda bahwa KTT informal UE, yang digelar pada bulan September di Salzburg, Austria, mengecewakan para trader. Pasar melihar London dan Brussel berada pada kutub yang berbeda dalam menilai prospek maasa depan "proses keluar" yang berbanding terbalik dengan pernyataan optimis para negosiator. Kemungkinan Brexit yang keras meningkat tajam dalam banyak hal dengan semua konsekuensi berikutnya. Konsekuensi ini, seperti yang diketahui, sangat negatif, meskipun secara obyektif skalanya sulit dinilai sekarang, mengingat perubahan yang komprehensif dan sistemik.
Pada saat yang sama, perwakilan pihak-pihak terkait tengah mencoba untuk melakukan yang terbaik meski tidak sesuai rencana: komentar dari para politikus dan/atau perwakilan kelompok negosiasi dengan teratur muncul ke media, yang memastikan para wartawan bahwa mereka telah mencapai "kemajuan yang substansial". Juga umum untuk mendengar bahwa London atau Brussel tengah membuat kelonggaran yang akan membantu untuk mencapai kompromi umum. Sebagai aturan, informasi yang optimis ini tidak mendapat konfirmasi atau ditingkatkan oleh tahap negosiasi selanjutnya.
Pasar dalam hal ini telah belajar dari "pengalaman pahit": pada awal September, nilai tukar GBP / USD hampir melonjak ke angka 33 semata-mata karena mendorong perkiraan, yang kemudian gagal. KTT di Salzburg menjadi "penenang" untuk bull pasangan ini, jadi sekarang mereka sangat waspada terhadap berita semacam itu dari proses negosiasi. Misalnya, secara harfiah pada awal minggu ini ada desas-desus bahwa Inggris siap membuat konsesi pada isu-isu kunci dan paling sulit yang menyangkut nasib perbatasan Irlandia. Pound / dolar bereaksi terhadap berita tersebut dengan pertumbuhan korektif, yang lebih bersifat formal: setelah tidak ada pejabat yang menegaskan niat tersebut, mata uang Inggris kembali ke tren menurun.
Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa kinerja Theresa May kemarin tidak membantu pound untuk mendapatkan kembali posisinya. Meskipun perdana menteri menyuarakan sebuah premis "cinta damai", menunjukkan keinginannya untuk membuat kesepakatan dengan Brussel. Misalnya, dia mengatakan bahwa pemerintahannya ingin mempertahankan prinsip perdagangan bebas dengan Uni Eropa dengan peluang tambahan untuk masuk ke perjanjian perdagangan baru dengan negara-negara ketiga. Namun pesan utamanya agak berbeda.
Dia menekankan bagian signifikan dari pidatonya mengenai eskalasi situasi tersebut, menjelaskan dengan detail konsekuensi keluarnya Inggris dari UE tanpa kesepakatan. Ini termasuk pajak yang tinggi dan bea cukai, dan menurunnya daya tarik investasi, dan hambatan perdagangan , dan lainnya. Daftar konsekuensi yang mungkin menimpa Inggris ini telah berulang kali disuarakan oleh banyak ahli, namun ini kali pertama pernyataan tersebut keluar dari mulut Therese May dalam waktu yang panjang. Sekarang para analis tengah memperdebatkan apa tujuan yang ingin dicapai perdana menteri dengen pidatonya dan mengapa ia memutuskan untuk mengambil posisi tersebut dalam ruang publik sekarang.
Beberapa ahli mengatakan bahwa dengan cara ini May tengah mempersiapkan pijakan bagi Inggris terkait kekisruhan keluarnya Inggris dari Uni Eropa - di satu sisi, menunjukkan keinginannya untuk menyimpulkan kesepakatan, namun di sisi lain, mengisyaratkan sifat keras kepala Brussel, yang "tidak mengizinkan Inggris untuk menjalankan keinginannya, yang disuarakan dalam referendum." Para ahli lainnya cenderung dengan opsi pendapat lain. Menurut pendapat mereka, manuver seperti itu memiliki tujuan yang berlawanan: untuk menyiapkan pendukung Brexit ke konsesi yang signifikan dari London. Dalam konteks ini, frasa Theresa May bahwa jika Inggris awalnya akan bener-benar mengesampingkan skenario tanpa membuat kesepakatan, terdengar cukup menarik, posisinya dalam pidato tersebut akan terlihat sangat lemah. Mengingat fakta bahwa ia menyuarakan pendapatnya pada konferensi tahunan partai Konservatif, maknanya dapat ditafsirkan sebagai persiapan untuk 'kompromi yang besar". Terlebih lagi, karena pihak May menolak untuk menyelenggarakan pemilihan umum lebih awal pada bulan November, meskipun skenario ini baru-baru ini dianggap sebagai salah satu yang dasar.
Namun pasar mengabaikan nuansa ini, berpegang teguh pada frasa bahwa "Inggris dalam hal apapun siap tanpa kesepakatan." Akibatnya, pound lagi-lagi menyerah terhadap mood para trader yang murung yang tidak lagi mengharapkan hal yang baik dari negosiasi Brexit. Menurut saya, terlalu awal untuk menarik kesimpulan yang pesimis seperti itu, karena London tidak dapat "menggertak" tanpa henti, membiarkan situasi mengambil bagiannya. Selain itu, bisnis besar juga berkontribusi terhadap proses negosiasi: saat ini, perusahaan seperti Airbus dan BMW, mengatakan bahwa mereka akan menutup pabriknya di Inggris jika negara tersebut memutuskan untuk keluar dari UE. Bagi Theresa May, ini adalah pernyataan lain yang mendukung kompromi dengan Brussel, di samping skenario kacau yang ia suarakan sendiri.
Dengan demikian, pasangan GBP/USD mempunyai selisih harga yang signifikan karena penurunannya – ke level support (garis bawah indikator Bollinger Bands yang bertepatna dengan batas bawah Kumo cloud pada grafik harian). Pertumbuhan lebih lanjut dipertanyakan, mengingat pendekatan "X hour" dan retorika Theresa May yang berubah. Jika pihak-pihak tersebut dalam dua pekan ke depan menunjukkan keinginan untuk berkompromi (utamanya mengenai masalah perbatasan Irlandia), pound akan dengan cepat mendapatkan kembali posisinya di seluruh pasar, dan pasangan GBP/USD tidak terkecuali di sini, terlepas dari dinamika mata uang AS.
