Dalam seminggu terakhir, pound berhasil memperbaiki posisinya dengan cukup baik, meski hampir selalu disertai dengan pernyataan mengenai Brexit. Dan pernyataan-pernyataan tersebut lebih bersifat negatif. Tidak hanya itu, mereka masih mengingat kegagalan negosiasi antara Inggris dan Uni Eropa, yang hampir berujung pada skandal. Oleh karena itu, Theresa May yang berpidato pada konferensi Partai Konservatif terlalu melebih-lebihkan situasi karena tesis yang selama ini ia suarakan adalah seperti apa interaksi antara Inggris dan benua Eropa setelah bercerai, dimana tesisnya lebih mengangkat pertanyaan baru dan bukannya jawaban. Dari kata-katanya, sangat sulit untuk memahami bagaimana perdagangan akan terbangun, yang menjadi isu terpenting. Dan semua ini disertai oleh kritik tanpa henti dari para lawan politik May. Dan tuduhan-tuduhan yang dilontarkan cukup tajam. Salah satunya adalah bahwa rencana yang akan ditandatangani oleh Theresa May pada akhirnya akan membuat ekonomi Inggris tumbang. Namun, pound dengan cepat menerima dukungan dari para petinggi Uni Eropa, saat Barnier, yang bertanggung jawab untuk bernegosiasi dengan Inggris dari Uni Eropa, mengatakan bahwa kedua belah pihak telah mencapai babak akhir negosiasi dan akan segera menandatangi versi final perjanjian. Meski rincian dari perjanjian tersebut belum jelas, namun tercapainya perjanjian merupakan hal yang positif. Bagaimanapun, pihak-pihak terkait harus mengatur hubungan mereka setelah Inggris meninggalkan Uni Eropa. Jika tidak ada kesepakatan yang tercapai, para pemain besar akan kesulitan untuk membangun strategi investasi. Jadi, perjanjian yang buruk lebih baik daripada tidak ada perjanjian sama sekali.
Jika anda melihat data, hanya satu data yang benar-benar berimbas negatif pada dolar. Untuk itu, kita perlu mengingat kembali isi dari laporan Departemen Tenaga Kerja AS. Agar adil, perlu dicatat bahwa saat perilisannya, kepanikan mengenai Italia sedikti mereda dan para pelaku pasar dapat membaca dengan tenang isi dari laporan tersebut, yang hanya menyebabkan kesedihan. Tingkat pengangguran, tentu saja, turun dari 3,9% ke 3,7%, namun ini bukanlah satu-satunya hal positif. Pangsa angkatan tenaga kerja dalam total populasi tetap tidak berubah dan hanya 134.000 lapangan kerja baru yang tercipta di luar sektor agrikultur, yang jauh lebih kecil dari prediksi sebesar 185.000. Dan bulan lalu, 270.000 lapangan kerja baru diciptakan, sehingga hasil ini sangatlah menyedihkan. Rata-rata pertumbuhan upah per jam melambat dari 2,9 persen ke 2,8 persen. Meski data lainnya mengenai pasar tenaga kerja, yang dirilis pada malam perilisan laporan dari Kementerian Tenaga Kerja, bersifat positif. Khususnya, menurut ADP, ketenagakerjaan tumbuh 230.000 dari 163.000 pada bulan sebelumnya. Jumlah total pengajuan untuk tunjangan pengangguran turun 21.000 karena jumlah klaim awal turun 8.000 dan kembali mencapai 13.000. Biaya konstruksi juga naik 0,1% dan pesanan industri sebesar 2,3%. Selain itu, penjualan kendaraan naik dari 16,7 juta ke 17,4 juta, indeks aktivitas bisnis dalam sektor manufaktur tumbuh dari 54,7 ke 55,6, sementara aktivitas dalam sektor jasa turun dari 54,8 ke 53,5. Hasilnya, indeks komposit aktivitas bisnis turun dari 54,7 ke 53,9, karena sektor jasa memiliki dampak yang lebih besar. Namun, semua data ini muncul saat pasar bergairah karena peristiwa dari Parlemen Italia. Dan laporan dari Kementerian Tenaga Kerja jauh lebih penting dari semua data ini digabungkan.
Jika kita membicarakan mengenai data dari Inggris, data jelas tidak bersinar. Tentu saja, volume pinjaman nasabah naik 1,1 miliar pound dari 0,8 miliar pound dalam periode sebelumnya, dan jumlah aplikasi hipotek yang disetujui naik dari 65.156 ke 66.440. Selain itu, indeks aktivitas bisnis dalam sektor manufaktur naik dari 53,0 ke 53,8. Namun, indeks aktivitas bisnis dalam sektor jasa turun dari 54,3 ke 53,9, dan dalam sektor konstruksi dari 52,9 ke 52,1. Selain itu, menurut Nationwide, tingkat pertumbuhan harga rumah tetap sama dan menurut Halifax, harga rumah melambat dari 3,7% ke 2,5%. Namun, keadaan pasar properti menjadi salah satu kriteria yang menentukan daya tarik investasi Inggris dan pound.
Meski pekan lalu data yang sangat penting telah dirilis, hal ini tidak akan membuat kita lengah, karena data mengenai inflasi di AS akan dirilis. Mereka akan didahului oleh data pada harga produsen, yang tingkat pertumbuhannya tetap sama. Namun, inflasi sendiri dapat naik dari 2,8% ke 2,8%, dan perkembangan situasi ini pada akhirnya dapat menghapus seluruh keraguan mengenai langkah Federal Reserve selanjutnya. Jika inflasi tidak melambat dan bergerak dengan stabil, Federal Open Market Commission (FOMC) akan terus memperketat kebijakan moneter, sesuai dengan rencana sebelumnya. Namun, persediaan komoditas dalam gudang-gudang grosir dapat naik 0,7% dan jika prediksi ini benar, artinya persediaan telah tumbuh selama 11 bulan berturut-turut. Oleh karena itu, tidak masalah untuk mengkhawatirkan pertumbuhan produksi industri dan penjualan ritel selanjutnya. Jumlah aplikasi untuk tunjangan pengangguran akan kembali dikurangi 2.000 karena menurunnya jumlah aplikasi awal untuk tunjangan. Jumlah aplikasi ulang kemungkinan akan tetap sama.
Berbeda dengan AS, di Inggris hampir tidak ada data yang akan dirilis. Perhatian harus difokuskan hanya pada produksi industri, yang tingkat pertumbuhannya dapat naik dari 0,9% ke 1,1%. Tentu saja, daya penggerak utamanya adalah negosiasi Brexit, dan hasilnya akan memberikan dampak yang sangat besar. Namun, setelah beberapa pekan yang sibuk, pihak-pihak terkait dapat mengambil jeda sebentar, dan pasar akan lebih memperhatikan data. Dan, seperti yang bisa anda lihat, perkiraan-perkiraan makroekonomi lebih mendukung dolar, sehingga pound dapat turun ke 1,2925.
