Pound Inggris diperdagangkan dalam kisaran harga yang sempit setelah berita mengenai Brexit, yang berimbas lebih besar pada para investor dan trader.

Hari ini, Menteri Perdagangan Wilbur Ross mendesak UE untuk mulai mempercepat proses negosiasi perjanjian perdagangan dengan Amerika Serikat, dengan mengatakan pada konferensi pers di Brussels bahwa kesabaran Presiden Amerika Serikat hampir habis. Hal ini menyiratkan bahwa Gedung Putih mengingatkan mengenai UE dan pajak perdagangan, pada waktu yang salah. Saya rasa ini bukan sebuah kebetulan.

Brexit dan tekanan dari Gedung Putih

Setelah kemunculan berita tersebut, perwakilan Uni Eropa mengajukan untuk memperpanjang periode transisi bagi Brexit untuk 12 bulan berikutnya, berpendapat bahwa hanya ada sedikit waktu yang tersisa, dan permasalahan-permasalahan problematik belum terselesaikan. Mari saya ingatkan Anda bahwa keluarnya Inggris dari UE dijadwalkan pada bulan Maret 2019.

Donald Trump menginginkan hasil yang lebih cepat dalam negosiasi perdagangan dengan UE, perkembangan yang, menurutnya, masih tidak memuaskan. Komisioner Eropa Cecilia Malmstrom, sebaliknya, menuduh Washington tidak membantu UE dalam membentuk struktur perjanjian perdagangan.

Dalam kata lain, konflik dagang dengan China, yang telah terjadi cukup lama dan akan dibahas lebih dari satu tahun, perlahan pindah menjadi latar belakang. Kini waktunya bagi pemerintahan presiden AS untuk kembali menekan UE, yang tengah disibukkan dengan masalah Brexit dan dalam posisi yang rentan.

Kemungkinan besar, strategi jeda musim panas telah diterapkan pada waktu yang tepat, yang mengakibatkan UE terjerat dua masalah pada waktu yang sama. Kini, ketika perjanjian terkait Brexit belum dicapai, dan kemungkinan besar tidak tercapai, adalah waktu bagi Gedung Putih untuk mengingatkan UE akan perjanjiannya dengan mereka.

Seperti yang saya nyatakan di atas, kini, untuk keluar dari jalan buntu dalam negosiasi Brexit, UE siap untuk memperpanjang periode transisi bagi Inggris selama satu tahun.

Namun hal ini nampaknya tidak sesuai dengan harapan para pendukung Brexit garis keras, terkait perpanjangan waktu transisi untuk mempertahankan keanggotaan perdagangan Inggris selama satu tahun berikutnya dan memaksa mereka untuk mematuhi peraturan UE. Perdana Menteri Inggris Theresa May juga membuat pernyataan mengenai hal ini, yang tengah mempertimbangkan priode transisi yang lebih lama.

Pound Inggris, sementara itu, tidak tahu bagaimana cara bereaksi terhadap semua ini. Sedikit penguatan pada paruh pertama hari ini digeser oleh penurunan setelah perilisan data di mana penjualan ritel di Inggris turun dibanding bulan Agustus tahun ini. Jatuhnya penjualan ritel terkait fakta bahwa konsumen mengurangi pengeluaran setelah musim panas.

Menurut laporan dari Biro Statistik Nasional, penjualan ritel turun sebesar 0,8% pada bulan September 2018. Mari saya ingatkan Anda bahwa biaya konsumen merupakan salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi.

Seperti yang dinyatakan oleh Biro tersebut, saat ini, prospek pengeluaran konsumen ambigu, meskipun pertumbuhan upah meningkat dan inflasi melambat. Semua ini mengimbangi kepercayaan konsumen, yang turun disebabkan ketidakpastian Brexit.