Kemarin Perdana Menteri Inggris Theresa May tidak dapat membangkitkan para trader: "rencana B" yang disampaikan lebih sebagai pengutaraan niat dibanding strategi langkah lebih lanjut. Pada umumnya, perdana menteri kembali mencoba untuk meyakinkan para anggota parlemen bahwa tidak ada alternatif lain bagi perjanjian yang telah dicapai. Pada saat yang sama, kemarin malam, perjanjian tersebut masih dalam bentuk yang sama – May hanya menyuarakan beberapa prinsip yang akan menjadi panduan revisi perjanjian. Pasar secara jelas mengharapkan gagasan yang lebih produktif dari perdana menteri Inggris, sehingga pound menunjukkan pertumbuhan moderat, "puas" dengan fakta bahwa May tidak mengatakan apapun mengenai kemungkinan pengunduran dirinya dan pemilihan umum awal.
Namun secara umum, kondisi Brexit tetap limbo. Menurut beberapa ahli, pidato perdana menteri Inggris kemarin menyatakan bahwa Uni Eropa dengan tegas menolak untuk merevisi ketentuan utama perjanjian tersebut. Perwakilan Brussels mengatakan hal ini sebelumnya, dan dinilai dari retorika May, dirinya tidak dapat meyakinkan perwakilan Eropa untuk bertemu di titik tengah. Saya ingatkan Anda bahwa sebelumnya di media Inggris ada rumor bahwa anggota parlemen akan menyetujui perjanjian, namun dengan satu syarat – jika Uni Eropa membuat sejumlah perubahan terhadap teks perjanjian. Mengantisipasi reaksi Brussels, May tidak menyuarakan opsi ini. Demikian pula, ia tidak membahas skenario lain, yang termasuk kesimpulan kesepakatan bilateral antara Inggris dan Irlandia. Dublin secara langsung menentang gagasan itu, dan May juga nampaknya tidak dapat meyakinkan Irlandia untuk menyetujui proposal tersebut.
Alih-alih proposal nyata, perdana menteri hanya mengumumkan deklarasi prinsip-prinsip yang bertujuan memandu revisi perjanjian. Pertama, ia mengatakan bahwa warga negara UE yang bekerja di Inggris akan dijamin "semua hak-haknya" – yaitu, kondisi mereka saat tinggal di negara tersebut tidak akan memburuk. Ini semacam "penghormatan" pada Buruh, sebab mereka mengusulkan masalah ini sejak cukup lama. Kedua, May berjanji pekan ini akan sekali lagi mengatasi masalah backstop – kali ini bersama dengan Partai Unionis Demokrat.
Dengan kata lain, Theresa May mencoba untuk "memperlancar situasi" dengan menjanjikan kerja sama yang konstruktif dengan Buruh dan perwakilan DUP. Satu-satunya pertanyaan adalah bagaimana Brussels akan bereaksi atas rencana mereka yang disepakati. Masalah utamanya di sini adalah backstop.
Secara umum, anggota Parlemen Inggris mengkhawatirkan dua masalah. Pertama adalah tidak adanya kerangka waktu yang jelas selama mekanisme backsto , terlepas dari fakta bahwa tanpa persetujuan Uni Eropa, tidak mungkin untuk menangguhkan aturan tersebut (menurut versi draft perjanjian saat ini). Masalah kedua yaitu bagian dari Inggris, kenyataannya, akan dipaksa untuk mematuhi regulasi UE. Baik London maupun Brussels mengetahui bahwa akan sulit untuk menyelesaikan masalah yang rumit ini.
Secara khusus, perwakilan Polandia kemarin mengajukan untuk menentukan "tenggat waktu', yaitu, untuk membatasi durasi mekanisme tersebut menjadi tanggal yang spesifik (kira-kira – dua atau tiga tahun). Namun, Brussels skeptis terhadap proposal ini. Menurut kepala negosiator UE, Michel Barnier, UE tidak siap untuk memberikan jaminan tersebut pada London, dan bahkan dengan tenggat waktu yang spesifik. Yang paling harus diandalkan oleh Inggris adalah kesimpulan dari deklarasi tambahan, di mana situasi kerjasama antara Inggris dan UE setelah Brexit akan ditunjukkan. Kemungkinan Theresa May tidak akan menyetujui dokumen yang umum dan tidak mengikat tersebut - lagipula, House of Commons kemungkinan besar juga akan menolaknya.
Dengan demikian, pertanyaan Brexit benar-benar belum berganti, terlepas dari berkurangnya kemungkinan skenario "hard". Meski May secara tegas tidak menyetujui gagasan penundaan keluarnya Inggris dari UE, peristiwa saat ini menunjukkan bahwa tidak ada yang perlu membahas mengenai Brexit yang kisruh: baik Brussels, Parlemen, maupun pemerintah. Kenyataan ini membuat pound tetap terapung, meski pertumbuhan lebih lanjut mata uang ini dapat dipertanyakan.
Contohnya, hari ini, bull GBP/USD mencoba untuk meningkatkan kesuksesan dengan latar belakang statistik pertumbuhan pasar tenaga kerja yang cukup kuat. Tingkat pengangguran kembali lagi ke 4 persen, dengan kenaikan upah secara simultan (menjadi 3,4 persen). Angka terbaru telah meningkat dengan konsisten sejak Juni tahun lalu, mendukung rumor "hawkish" mengenai prospek kebijakan moneter Bank of England. Namun, terlepas dari fakta ini, pound dapat melaju ke angka ke-29 hanya dalam wkatu yang singkat. Dalam dua jam setelah perilisan, dorongan menurun kelelahan, dan para trader kembali fokus pada prospek "proses perpisahan".
Menyimpulkan tulisan di atas, harus dicatat bahwa kini perjuangan politik utama akan terungkap seputar masalah backstop. Pound akan bereaksi dengan sesuai: jika Uni Eropa siap untuk berkompromi, pound Inggris akan tidak hanya meraih pijakan di angka ke-29, namun juga menguji titik tertinggi tahunan. Jika tidak, pasangan GPP/USD akan berbalik turun ke level support pertama di 1,2770 (garis Bollinger Bands rata-rata di grafik harian).
