Keputusan Bank of England kemarin menghasilkan penurunan pound, namun kemudian pembeli kembali ke pasar di tengah pernyataan yang dikeluarkan setelah rapat perwakilan Inggris dan UE di Brussels.

Britania Raya

Seperti yang dijelaskan dalam notulen rapat Bank of England pada bulan Februari, bank memutuskan untuk mempertahankan bunga acuan di level 0,75%. Keputusan ini dibuat pada rasio suara 9 berbanding 0, yaitu dengan suara bulat, yang sepenuhnya sama dnegan ekspektasi para ekonom.

Tekanan pada pound terbentuk setelah regulator tersebut merevisi perkiraannya untuk tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan GDP Inggris diperkirakan akan mencapai 0,3% pada kuartal keempat 2018 dan pada kuartal pertama 2019, GDP melambat ke 0,2%.

Total pada 2019, Bank of England memprediksi pertumbuhan GDP Inggris ke 1,2% dari 1,7%, seperti ekspektasi sebelumnya. Untuk 2020, Bank of England menurunkan prediksinya untuk pertumbuhan GDP Inggris ke 1,5% dari 1,7%.

Pernyataan tersebut mencatat perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang lebih tajam dan stabil. Salah satu alasan utama perlambatan ekonomi Inggris adalah menurunnya pertumbuhan ekonomi global karena pengetatan kebijakan bank sentral dan ketegangan perdagangan.

Terlepas dari semua faktor ini, regulator Inggris tersebut masih melihat kebutuhan untuk menaikkan suku bunga acuan dalam beberapa tahun mendatang.

Pound Inggris didukung oleh Inggris dan UE. Setelah rapat di Brussels, Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker menyatakan bahwa ia terbuka untuk menambah pernyataan terhadap deklarasi politik sehubungan dengan isi dari ketentuan perjanjian masa depan. Hal ini mengisyaratkan bahwa kemungkinan perpanjangan waktu untuk keluarnya Inggris dari UE sangatlah tinggi. Namun, jangan lupa bahwa deklarasi politik hanyalah sebagai saran, dan tidak mempengaruhi voting di parlemen.

May dan Juncker akan kembali bertemu bulan ini.

Pernyataan yang dikeluarkan oleh Gubernur BoE saat konferensi pers terutama fokus pada situasi dengan Brexit. Mark Carney mengatakan bahwa ekonomi Inggris tidak siap untuk menghadapi Brexit tanpa periode transisi, dan Brexit tanpa sebuah perjanjian hanya akan meningkatkan risiko resesi di Inggris dalam beberapa tahun mendatang.

Untuk gambaran teknikal pasangan mata uang GBP/USD, grafik menunjukkan bagaimana pembeli berupaya untuk membalikkan tren penurunan yang terbentuk sejak akhir Januari tahun ini. Support diberikan di level 1,2920, dimana jika harga kembali di bawah level ini hanya akan meningkatkan tekanan pada pound Inggris. Namun, sementara trading dilakukan pada rentang harga ini, trader dapat memperkirakan tembusan resistance di 1,2990, dengan akses ke level tinggi baru di 1,3050 dan 1,3100.

AS

Data kemarin pada pasar buruh AS tetap tidak diperhatikan oleh para trader. Menurut sebuah laporan dari Departemen Tenaga Kerja AS, jumlah warga Amerika yang pertama kali mengajukan tunjangan pengangguran telah menurun. Jadi, untuk pekan 27 Januari sampai 2 Februari, jumlah aplikasi turun 19.000 dan mencapai total 234.000. Para ekonom sebelumnya memperkirakan bahwa jumlah aplikasi pada pekan lalu mencapai 225.000.

Juru bicara Fed, Robert Kaplan, sekali lagi berbicara kemarin, menegaskan bahwa Fed harus sabar dengan suku bunga. Kaplan juga mencatat bahwa stimulus fiskal yang menopang ekonomi Amerika tahun lalu, tidak lagi memberikan hasil yang diinginkan dan sarana yang baru dan efektif untuk merangsang pertumbuhan saat ini diperlukan.

Untuk gambaran teknikal pasangan mata uang EUR/USD, aksi ambil untung kemarin menjadi sinyal pertama untuk kemungkinan formasi koreksi kenaikan dalam euro. Namun, untuk mengkonfirmasi ini, pembeli harus kembali dan berkonsolidasi di atas resistance 1,1365, yang akan mengakibatkan kenaikan yang lebih besar aset-aset berisiko di area ketinggian 1,1400 dan 1,1435.