Melambung dari support di dekat level terendah selama dua pekan, emas dengan cepat pulih dan bergegas menyerang. Latar eksternal untuk logam mulia tersebut tetap mendukung dan koreksi jangka pendek terjadi karena aksi ambil untung sebagian setelah rally panjang dan pernyataan perwakilan perdagangan AS Robert Lighthizer bahwa masih banyak isu sehubungan dengan China dan kesepakatan yang belum diselesaikan. Kami ingatkan anda bahwa konflik antara dua ekonomi terbesar di dunia selalu setia mendukung dolar AS pada 2018.

Meskipun emas dianggap sebagai aset aman dan penyangga terhadap inflasi, harganya meningkat ditengah pemulihan indeks-indeks saham AS dan perlambatan harga konsumen di Amerika Serikat. Bahkan, salah satu penggerak utama kenaikan S&P 500 adalah penurunan bunga pinjaman. Korelasi negatif antara indeks saham dan imbal hasil obligasi Treasury AS mencapai level tertingginya sejak 2012, karena keinginan Federal Reserve untuk menunda proses normalisasi kebijakan moneter. 7 tahun lalu, bank sentral tersebut mengumumkan babak baru pelonggaran kuantitatif.

Dinamika korelasi antara S&P 500 dengan imbal hasil obligasi AS

Namun, penurunan suku bunga riil dari pasar utang AS menciptakan kondisi yang menguntungkan bukan hanya untuk saham namun juga untuk banyak aset dari pasar komoditas, termasuk emas, minyak dan tembaga. Logam mulia tidak menghasilkan keuntungan untuk para pemiliknya, jadi logam tidak dapat bersaing dengan obligasi jika imbal hasil mereka meningkat. Saat ini, suku bunga turun dan para investor aktif mendiversifikasi portofolio mereka untuk mendukung XAU/USD.

Konsolidasi emas baru-baru ini terjadi bukan hanya karena aksi ambil untung oleh para spekulan setelah kenaikan pada musim dingin sebesar 9%, namun juga karena keengganan pasar derivatif untuk meningkatkan peluang mengurangi bunga Federal pada 2019. Derivatif CME meyakini akhir dari siklus normalisasi, namun untuk mereka mengadopsi ide pelonggaran kebijakan moneter Fed, statistik makroekonomi di seluruh Amerika Serikat harus terus memburuk. Secara teori, hal tersebut sangat mungkin terjadi, karena cuaca buruk yang biasa terjadi pada musim ini di Amerika Serikat, efek yang semakin mereda dari stimulus fiskal, dampak negatif revaluasi dolar pada ekspor dan GDP, serta melemahnya permintaan eksternal karena perang dagang membuat prospek indikator AS menjadi pesimis, setidaknya dalam horison investasi jangka pendek.

Dolar dapat pulih dalam jangka menengah. Euforia mengenai eskalasi konflik dagang telah mendorong S&P 500 terlalu tinggi, Rally tidak pondasi yang kuat dalam bentuk statistik makroekonomi yang membaik. Menurut 65% dari 90 pakar dari Reuters, indeks-indeks saham AS terancam turun di paruh kedua tahun ini. In akan berdampak positif pada aset-aset aman, termasuk dolar AS.

Secara teknikal, jika bulls emas berhasil mempertahankan kuotasi di atas $1.321 per ounce, risiko berlanjutnya rally ke arah target 361,8% pada pola AB=CD akan meningkat.

Grafik harian Emas