Para analis terkemuka dunia melihat prasyarat kenaikan tinggi mata uang Inggris. Menurut perhitungan mereka, tahun ini sterling akan menyusul semua pesaingnya karena kekhawatiran mengenai Brexit tanpa kesepakatan makin meningkat

Kemungkinan Inggris akan meninggalkan Uni Eropa pada akhir Maret tanpa kesepakatan sebesar 9%, prediksi Bloomberg dari sebuah survei. Sisa dari responden yakin Brexit akan terjadi dengan kesepakatan, mereka juga mengakui bahwa draft kesepakatan yang diamandemen Perdana Menteri Theresa May akan disetujui Parlemen. Perlu dicatat bahwa kemungkinan dua skenario terakhir terus meningkat. Saat ini masing-masing sebesar 54% dan 37%.

Berita mengenai penundaan prosedur keluarnya Inggris akan memicu penguatan sterling ke $1,33. Jika May berhasil membawa kesepakatan tersebut lolos dari House of Common, maka pound akan menguat ke $1,38, yang belum pernah terjadi sejak April 2018.

Sejak awal tahun ini, nilai tukar mata uang Inggris telah meningkat lebih dari 3% terhadap dolar dan hampir 5% terhadap euro, karena para investor telah merevisi kemungkinan Inggris meninggalkan UE tanpa kesepakatan. Dinilai dari laporan CFTC, pasar mempertahankan posisi jual bersih dalam pound Inggris pada 19 Februari. Para pelaku pasar memperkirakan peningkatan kemungkinan reaksi optimis sebagai hasil dari penyeimbangan kembali posisi.

Risiko

Goldman Sachs bertaruh pound akan semakin naik, dengan memprediksi bahwa penguatannya akan berlanjut disebabkan oleh investor asing yang keluar dari posisi terbuka untuk melindungi risiko setelah pemungutan suara yang mendukung Brexit pada Juni 2016. Strategi yang paling populer dalam sterling pada hari ini adalah posisi beli, terutama di pasar opsi.

Namun, beberapa keraguan masih ada. Para ahli Rabobank khawatir pasar sering meremehkan risiko "hard" Brexit. Sehingga para investor menunjukkan kepercayaan diri penuh bahwa hasil pemungutan suara akan "tetap bergabung dengan uni", namun mereka membuat kesalahan dan pound anjlok.