Kuotasi harga kontrak berjangka Brent berkisar di dekat level tertinggi empat bulan dan semakin banyak pembahasan di pasar bahwa emas hitam ini kembali dalam situasi tarik-menarik antara OPEC dan produsen Amerika. Sementara OPEC dan negara-negara lainnya termasuk Rusia berupaya untuk menstabilkan situasi dengan mengurangi produksi, perusahaan dari Amerika Serikat, sebaliknya meningkatkan produksi. Hasilnya, pentingnya permintaan global untuk harga meningkat tajam.

Menurut Badan Energi Internasional (IEA), Amerika Serikat akan menggandakan ekspor minyak mentah secara bruto menjadi 4,2 juta b/d pada 2024. Pasokan total minyak dan produknya di luar negeri akan mencapai 9 juta b/d. Selama lima tahun mendatang, pangsa produksi minyak AS akan mencapai 70% dari angka pertumbuhan global. Kita berbicara mengenai kenaikan produksi dari 11 juta b/d pada 2018 ke 13,7 juta b/d pada 2024. Semua ini memungkinkan IEA untuk membahas mengenai gelombang kedua penambangan shale. Saya ragu bahwa pertumbuhan pesat seperti ini dapat terjadi jika harga untuk varietas North Sea sebesar $40-50 per barel. BofA Merrill Lynch memprediksi harga rata-rata Brent pada 2019 sebesar $70, WTI - di $59 per barel.

Menurut Sekretaris Jenderal OPEC Mohammed Barkindo, kartel tersebut memutuskan hubungan dengan para produsen asal Amerika. Dengan menilai pernyataan dari Riyadh - pemutusan tersebut masih berlanjut. Arab Saudi berencana mengurangi ekspor hingga 7 juta b/d dan produksi di bawah level psikologis penting sebesar 10 juta b/d. Pada Februari, angka terakhirnya mencapai 10,11 juta b/d. permintaan eksternal untuk pasokan minyak dari Arab Saudi diestimasi sebesar 7,6 juta b/d. Rencana negara anggota terbesar OPEC tersebut untuk melampaui kewajibannya menurunkan produksi hingga 1,2 juta b/d demi menstabilkan situasi pasar menjadi faktor bullish untuk Brent dan WTI.

Dinamika produksi minyak Arab Saudi

Dukungan untuk bulls minyak diberikan oleh pemadaman listrik di Venezuela, yang semakin memperburuk situasi penurunan produksi minyak, serta kemajuan hubungan antara AS dan China, dan juga antara Inggris dan UE. Menurut Badan Energi Internasional, Brexit yang tidak pasti dan potensi resesi ekonomi Inggris karena Brexit akan meningkatkan ketidakpastian dan permintaan global yang semakin melambat. IEA yakin bahwa permintaan minyak akan naik sekitar 1,2 juta b/d per tahun hingga 2024, setara dengan +1,2%. Kabar bahwa Brussels siap menerima perubahan dan tambahan pada rancangan kesepakatan dengan London mengurangi risiko kerusuhan dan memungkinkan Brent untuk kembali ke area tertinggi dari pertengahan November.

Rintangan besar untuk bulls pada varietas minyak North Sea adalah koreksi pada indeks-indeks saham AS, yang akan menandakan memburuknya sentimen permintaan global dan potensi penurunan permintaan untuk emas hitam. Peluang kemunduran indeks S&P 500 meningkat, membatasi potensi rally Brent. Secara teknikal, setelah mencapai level $68,4 per barel (50% gelombang dari pola Shark), terhadap ketidakmampuan pembeli untuk mendorong kuotasi harga lebih tinggi, risiko penurunan harga akan meningkat.

Grafik harian Brent