Pound turun dalam merespon agenda-agenda hari ini, dan secara keseluruhan, tidak ada alasan untuk panik: hanya pasar yang berekspektasi tinggi. Oleh karena itu, kemungkinan besar, kami dapat memperkirakan gerakan menurun GBP/USD tidak akan berlanjut dalam skala besar - kecuali Brussels dikejutkan oleh posisi yang lebih kaku terkait penundaan Brexit.
Tepat kemarin, ada rumor di pasar bahwa Theresa May mengirim surat kepada Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk, guna meminta penundaan prosedur Brexit selama tiga bulan, atau lebih tepatnya, hingga 30 Juni. Teks surat tersebut dirahasiakan hingga paruh kedua hari ini. Saat akhirnya teks tersebut terungkap, maka kemudian pound tergelincir lebih dari seratus poin terhadap dolar. Reaksi tersebut tampaknya cukup aneh, karena rumor yang beredar kemarin telah sepenuhnya dikonfirmasi. Ternyata mayoritas trader diberkahi dengan kesenjangan sementara yang lebih substansial: dengan kata lain, pasar mengharapkan Brexit, di mana pemerintah Inggris akan menginisiasi penundaan Brexit hingga tahun depan.
Namun, Theresa May tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan ini, ia sebelumnya telah memperingatkan para anggota House of Common bahwa kegagalan pemungutan suara ketiga akan menunda Brexit selama "lebih dari beberapa bulan". Kini situasinya sedikit berubah: perdana menteri Inggris tersebut ini tidak dapat, pada prinsipnya, membawa masalah ini untuk menjadi objek pemungutan suara di Parlemen. Sekadar mengingatkan bahwa pada Senin, juru bicara House of Common mengatakan dirinya tidak mengizinkan pemungutan suara ketiga atas draft kesepakatan. Menurutnya, pemungutan suara lainnya mungkindapat dilakukan jika ada "perubahan signifikan" pada kesepakatan yang diajukan. Pada saat yang sama, dirinya merujuk pada konvesi 400 tahun, di mana aturan ini dimuat.
Berdasarkan fakta bahwa Theresa May meminta penundaan Brexit selama tiga bulan, dirinya masih berharap pemungutan suara ulang atas kesepakatan dapat dilakukan dalam waktu dekat. Secara hipotesis, hal ini mungkin terjadi, para anggota parlemen dapat mematahkan konvensi di atas dengan melakukan pemungutan suara atas amandeman yang sesuai. Namun sebelum itu, perlu: a) memobilisasi Konservatif; b) meyakinkan Unionis. Mengingat juru bicara Parlemen telah menyatakan putusannya tepat sebelum pemungutan suara yang direncakan, Theresa May tidak memiliki cukup waktu untuk menerapkan kedua poin yang disebutkan di atas. Hal ini yang menyebabkan penundaan "singkat". Namun, pasar mengabaikan langkah ini, dengan terus melakukan aksi take profit dari pasangan GBP/USD dan pasangan mata uang lainnya dengan partisipasi pound. Akibatnya, pound Inggris terjerembab di seluruh pasar, meski di sini tidak ada penyebab yang objektif atas reaksi tersebut.
Namun, para trader dapat membingungkan pertikaian "korespondensi" antara Theresa May dan kepala Komisi Eropa Juncker. Subjek perselisihan tersebut adalah kesenjangan waktu selama 1 minggu. Faktanya, pemerintah Inggris meminta Brexit untuk ditunda hingga 30 Juni, sementara Junker telah mengurangi waktu tunda maksimum yang diijinkan menjadi 23 Mei. Dengan kata lain, ia memberi London pilihan: apakah penarikan Inggris dari UE akan dilakukan sebelum akhir Mei, atau negara tersebut akan ambil bagian dalam pemilu Parlemen Eropa, dengan segala konsekuensinya. Menurut pendapat saya, kesenjangan waktu mingguan tidak akan memainkan peran penting bagi Inggris, sehingga pengaruh faktor fundamental ini akan terbatas.
Ada satu lagi nuansa yang mengkhawatirkan para trader pasangan GBP / USD, yaitu posisi Perancis. Menurut laporan yang belum dapat dikonfirmasi, besok, Perancis akan menentang perpanjangan pasal 50 dari Perjanjian Lisbon, yaitu, mengenai penundaan Brexit. Beberapa saat kemudian, para petinggi dari Paris membantah informasi ini, namun dengan ambigu: menurut sekretaris pers Presiden Perancis Emmanuel Macron, Perancis "akan membuat keputusan yang tepat berdasarkan pertemuan puncak yang dijadwalkan besok." Jawaban ambigu tersebut tidak memuaskan para trader, dan pound tetap di bawah tekanan.
Dengan demikian, rumor kembali menguasai pasar, kini tentang kemungkinan hasil KTT Uni Eropa. Baik data pertumbuhan inflasi Inggris, yang rilis hari ini, ataupun rapat Bank of England besok tampaknya tidak menggangu para investor: fokusnya pada Brexit. Menurut pendapat saya, para pemimpin Uni Eropa akan menyetujui perpanjangan periode negosiasi sampai 23 Mei, dan London, dengan enggan, akan sepakat. Pada gilirannya, pound akan mendapat dukungan yang signifikan, terutama karena para trader akan dapat kembali ke pedoman umum, menilai dinamika indikator ekonomi makro utama.
Dalam konteks ini, pound juga dapat mengandalkan dukungan, mengingat hasil rilis terbaru: inflasi akhirnya menghentikan perlambatannya (baik secara bulanan dan tahunan), dan pertumbuhan upah melebihi ekspektasi para ahli. Selain itu, tingkat pengangguran turun di bawah angka empat persen, mengkonfirmasi penguatan pasar tenaga kerja. Dengan kata lain, mata uang Inggris berpotensi terus tumbuh - hanya jika KTT besok diadakan sesuai dengan skenario yang paling dapat diprediksi.