Pound terpaksa mengikuti Brexit, meskipun topik ini telah cukup membosankan - bagi para trader GBP/USD dan pelaku pasar lainnya dalam pasar valuta asing. Posisi destruktif pada Parlemen Inggris telah menjadi pembahasan publik, jadi pemungutan suara yang kacau kemarin pada prosedur "pemungutan suara indikatif" tidak begitu mengejutkan. House of Commons menolak semua opsi yang diajukan, sehingga membingungkan jalinan kontradiksi yang sudah rumit.
Namun, mata uang Inggris bereaksi dengan sangat hati-hati: pasangan GBP/USD dapat bertahan dalam angka ke-30, meskipun suasana pasar jelas negatif. Kemarin sore, ada sejumlah rumor yang menyatakan bahwa Partai Buruh dan Partai Konservatif dapat mendukung salah satu opsi ("Common Market 2.0"), mendefinisikan kontur preferensi Parlemen. Namun, rumor tersebut tidak dikonfirmasi, para deputi "meretas" semua inisiatif yang disuarakan.
Dalam hal ini, penting untuk mengklarifikasi bahasan masalahnya. Versi "Common Market 2.0" di atas (disebut juga dengan "Versi Norwegia") menjelaskan skenario bahwa Inggris akan bertahan dalam Area Perekonomian Eropa (European Economic Area), sementara melakukan negosiasi dengan Uni Eropa tentang serikat pabean sementara, yang akan beroperasi hingga alternatif permanen didapatkan. Inisiatif ditolak (menyetujui - 261 deputi, 282 - menentang). Setelah mengumumkan hasil pemungutan suara pada masalah ini, deputi Konservatif, Nick Boles, mengumumkan pengunduran dirinya dari Partai Konservatif - menurutnya, ia telah melakukan "segala yang ia bisa untuk meraih kompromi".
Opsi kedua adalah mengadakan referendum nasional pada kesepakatan yang dicapai untuk Brexit, sehingga menyetujui kesepakatan dengan Inggris. Skenario ini tidak menyebabkan penolakan yang tegas - 280 deputi memberi suara "setuju", dan hampir 292 suara "menentang". Namun, keuntungan masih berada pada lawan-lawan referendum.
Opsi ketiga diberikan untuk Parlemen dengan hak-hak tambahan yang akan memungkinkan untuk mewajibkan Kabinet Menteri berkoordinasi dengan Uni Eropa terkait masalah perpanjangan masa Brexit jika kesepakatan tak dapat dicapai dua hari sebelum waktu X (X hour). Namun, ide ini ditolak oleh anggota House of Commons.
Pada akhirnya, opsi terakhir - penarikan kembali Pasal 50 Perjanjian Lisbon - juga tidak mendapat dukungan dari Parlemen. Para Deputi tidak siap untuk membatalkan Brexit, yang secara esensial telah membagi negara menjadi dua kubu yang berlawanan: puluhan ribu orang turun ke jalanan London - kedua pihak pendukung dan penentang penarikan negara tersebut dari UE. Oleh karena itu, para anggota parlemen memutuskan untuk mengandalkan pendapat dari rakyat Inggris, yang pendapatnya "formal secara hukum" atas hasil referendum tahun.
Perlu diingat bahwa hasil pemungutan suara "sinyal" kemarin hanya memiliki kepentingan politik, namun di saat yang sama tidak mengikat. Namun, efek "pemungutan suara indikatif" cukup meragukan, karena Parlemen tidak dapat merumuskan jawaban untuk pertanyaan yang sedang hangat-hangatny diperbincangkan ini: opsi mana yang siap mendukung? Perlu diingat bahwa pada akhir Maret, House of Commons juga telah menolak 8 opsi alternatif untuk kesepakatan dengan UE.
Di satu sisi, hal ini menunjukkan bahwa kesepakatan pemerintahan tersebut tidak memiliki alternatif prioritas. Di sisi lain, deputi telah menolak opsi yang diajukan May sebanyak tiga kali – dan Uni Eropa, pada gilirannya, tidak ingin membuat penyesuaian pada teks dokumen yang telah disetujui. Lingkaran ini menutup lagi, dan kini Perdana Menteri memiliki dua opsi: menyiapkan petisi untuk memperpanjang periode negosiasi, setuju untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum Parlemen Eropa, atau setuju terhadap Brexit "keras". Tak ada banyak waktu tersisa untuk membuat keputusan, karena akan ada Konferensi Tingkat Tinggi UE luar biasa pada tanggal 10 April, yang akan membahas tentang satu masalah – prospek untuk hubungan lebih lanjut antara Inggris dan Uni Eropa.
Tentu saja, bagi May, ada opsi ketiga, yaitu mengajukan kembali kesepakatan pada pemungutan suara, mengancam dengan pemilihan umum luar biasa dalam Parlemen. Langkah tersebut tak dapat diabaikan, terlebih lagi karena semua tuas pengaruh lainnya telah terlibat sebelumnya. Dengan melihat perilaku mata uang Inggris, para trader tidak mempercayai implementasi skenario terburuk: pasar percaya bahwa Perdana Menteri Inggris akan menerima penundaan yang panjang, atau semuanya akan tetap sama dalam Parlemen.
Jika tindakan Theresa May (bahkan secara verbal) mengkonfirmasi asumsi pasar, maka Pound akan terus bertahan dalam area angka ke-30 dengan opsi memungkinkan untuk uji level ke-31. Namun, jika kepala pemerintahan tersebut memilih taktik "permainan saraf", maka realita Brexit keras akan dikembalikan hingga saat-saat terakhir - dalam hal ini, GBP/USD akan menembus level support 1.2980 (garis dasar pada indikator Bollinger Bands pada chart harian) dan bergerak ke level 1.2825 (batas bawah Kumo Cloud) pada kerangka waktu yang sama.
