Menurut pengamatan para ahli, setelah berita mengenai kemungkinan larangan penuh oleh Amerika Serikat atas semua operasi dengan minyak Iran, harga emas hitam melonjak menjadi $74 ber barel. Para ahli yakin Washinton akan memenuhi janjinya dan memperkenalkan embargo penuh atas minyak dari Iran. Akibatnya, para produsen minyak dunia akan dirugikan, dan minyak mentah kira-kira akan seharga $80 per barel.

Para ahli tidak memberi pengecualian bahwa sejak 2 Mei 2019, Amerika Serikat akan membatalkan semua tindakan bantuan sanksi anti-Iran yang berkaitan dengan operasi minyak. Para analis yakin akan terjadi perkembangan dalam hal kunci ini, mengingat dampak OPEC+ saat ini, mungkin akan ada kekurangan pasokan yang serius di pasar minyak pada musim panas. Keadaan saat ini akan membuka potensi kenaikan harga minyak menjadi $80 per barel atau lebih, para ahli menyimpulkan.

Perlu diingat bahwa perjanjian OPEC+ mengenai pengurangan produksi sebanyak 1,2 juta barel per hari, yang tercapai pada akhir 2018, terus memengaruhi pasar emas hitam. Dalam hal ini, faktor Iran dapat menjadi katalis kuat kenaikan harga, para ahli yakin. Larangan pembelian minyak Iran secara penuh dapat berarti kerugian 1,5-2 juta b/s bagi pasar global. Para analis tidak mengecualikan bahwa minyak Iran dapat menggantikan minyak mentah dari Arab Saudi.

Para ekonom menyatakan ini awal perjuangan bagi pasar minyak dunia antara Amerika Serikat dan negara-negara OPEC+, terutama dengan Saudi Arab. Versi ini diikuti oleh Gaidar Hasanov, seorang spesialis di Badan Keuangan Internasional. "Strategi AS termasuk harga minyak yang tinggi, sekitar $75-$80 per barel ketika menggunakan "instrumen" seperti Iran dan Venezuela. Dongkrakan pengaruh atas harga minyak dunia telah menunjukkan efektivitas mereka," ahli ini menekankan. Saat ini, Amerika Serikat, yang memperjuangkan kepemimpinan tanpa syarat, dapat menawarkan minyaknya dengan potongan harga yang bagus agar unggul dari pasokan negara-negara OPEC+, Hasanov menyimpulkan.