Para pakar UBS Global Wealth Management yakin bahwa siapapun yang menggantikan Mario Draghi sebagai presiden ECB akan menyebabkan kenaikan euro. Selain itu, jika beberapa kandidat ditunjuk untuk posisi ini, rally mata uang tunggal Eropa tersebut dapat menyusul.

"Siapapun pengganti ketua ECB saat ini, yang masa jabatan selama 8 tahun berakhir pada Oktober, kemungkinan akan dianggap sebagai hawkish," para analis mengatakan.

"Di bawah M. Draghi, ECB menurunkan suku bunga ke level negatif, menerbitkan program pelonggaran kuantitatif yang tidak konsisten untuk melawan deflasi, dan mempertahankan janjinya untuk melakukan "semua yang diperlukan" untuk menyelamatkan euro," para analis menambahkan.

Sejak Mario Draghi menjabat sebagai presiden ECB pada November 2011, mata uang tunggal Eropa telah kehilangan bobot sekitar 18%.

"Siapapun yang menggantikan Draghi awalnya akan menemui kesulitan untuk meyakinkan pasar bahwa ia sama kuat dan sama berbaktinya seperti pendahulunya. Menurut kami para pelaku pasar, jika muncul keraguan, akan memilih untuk membeli dan bukan menjual euro," kata perwakilan UBS.

Siapapun yang menjadi penerus Draghi, pencalonannya akan bergantung pada bagaimana posisi utama di UE didistribusikan setelah pemilihan ke Parlemen Eropa, yang akan digelar pada akhir Mei.

UBS yakin bahwa perwakilan Jerman dan Prancis - Jens Weidmann dan Francois Villeroy de Galhau - berpeluang besar ditunjuk sebagai Presiden ECB. Kandidat utama juga meliputi perwakilan dari Finlandia Erkki Liikanen dan Olli Rehn.

"Pertumbuhan euro kemungkinan akan berlanjut jika J. Weidmann atau O. Rehn terpilih, karena mereka lebih konservatif dibandingkan dengan kandidat lainnya yang dapat menyebabkan rally euro hanya pada tahap awal. Meskipun proses pengambilan keputusan ECB biasanya berdasarkan pada konsensus, kepribadian dan karakter presiden adalah penting, dan kita tidak boleh meremehkan dampak yang telah dibuat oleh M. Draghi terhadap euro selama sama jabatannya," para pakar mengatakan.