Brexit dapat menggoyang status poundsterling sebagai mata uang simpanan dunia. Hal ini dibuktikan oleh hasil sebuah survei yang dilaksanakan baru-baru ini oleh Central Banking Publications.

75% dari 80% manajer keuangan bank-bank sentral yang berpartisipasi dalam survei memprediksi bahwa institusi-institusi keuangan akan mengurangi asetnya dalam pound pada neraca keuangan mereka.

Skenario tersebut diperkirakan akan melemahkan mata uang Inggris dan meningkatkan bunga pinjaman untuk pemerintah Inggris, yang telah lama memanfaatkan popularitas pound sebagai mata uang simpanan.

"Jelas bahwa para manajer tersebut memprediksi dampak potensial dari Brexit pada takdir aset-aset yang berdenominasi sterling. Keluarnya Inggris dari UE terkait dengan ketidakpastian dan volatilitas yang tidak disukai oleh para manajer. Mereka menganggap Brexit itu mengerikan," kata Nick Carver dari Central Banking Publications.

Hari ini, pound sterling adalah mata uang terpopuler keempat setelah dolar, euro dan yen.

Menurut IMF, aset yang berdenominasi dalam pound mencapai sekitar 4,5% dari simpanan resmi pemerintah. Sejak referendum keanggotan Britania Raya di UE, volume simpanan dolar dalam aset-aset dari sterling tetap tidak berubah. Kemungkinan besar, hal ini menandakan bahwa para manajer ingin menunggu informasi mengenai ketentuan-ketentuan dalam kesepakatan antara London dan Brussels sebelum mereka mengambil keputusan.

Pada awal bulan ini, tenggat waktu Brexit diperpanjang hingga akhir Oktober tahun ini.