Perhatian dalam bursa valuta asing difokuskan pada keputusan bank-bank sentral dunia terhadap suku bunga. Pekan ini, para trader telah beralih ke zona euro dan ekonominya tampak suram. Jika Fed ingin mengambil langkah yang proaktif, ECB mungkin tidak dapat melakukannya tanpa bersikap proaktif. Di bawah pengaruh permintaan eksternal yang lemah, pertumbuhan ekonomi Jerman dapat melemah di tahun ini ke 0,5%. Inflasi di Eropa, meskipun menerima stimulus berskala besar, tidak mampu melampaui level 1,3%. Sementara itu, ECB terus memotong estimasi PDB di kawasan tersebut.
Banyak responden Bloomberg meyakini bahwa regulator Eropa tersebut pada rapat bulan Juli akan mensinyalkan pelonggaran kebijakan moneter pada bulan September. Perwakilan UBS, HSBC dan Nomura menunggu pemotongan suku bunga deposito kedua pada bulan Desember dan para analis di Commerzbank melihat adanya peluang suku bunga dipangkas sebesar 20 bp pada pekan ini. Perlu diingat bahwa bank ini tidak sendiri dalam memegang opini ini. Peluang menurunkan bunga pinjaman dinaikkan pada rapat Governing Council mendatang melampaui 50%, dimana sebulan lalu peluangnya hanya sekitar 25%.
Ekspektasi pasar untuk retorika "dovish" Mario Draghi sangat tinggi dan dapat memicu lambungan harga euro. Saat sebagian besar penggerak "bearish" telah mempertimbangkan nilai mata uang tersebut, lonjakan tajam harga mengejutkan para pendatang baru, sementara para pelaku pasar profesional tidak terkejut. Dengan menarik perhatian ke rasio premium di antara opsi untuk pembelian dan penjualan mata uang tunggal ini, dapat dimengerti bahwa jumlah bulls di pasar semakin meningkat.
Terkait ekspektasi sinyal dari Draghi, ada kemungkinan para penjual EUR/USD akan mencoba support di level $1.12. Namun, trader harus bersiap menghadapi fakta bahwa kali ini EUR/USD juga akan bergerak naik turun. Singkatnya, pekan ini menjanjikan pekan yang kompleks dan sangat volatil untuk pasangan ini.
Harus saya katakan bahwa tepat sehari sebelum rapat ECB, penjual euro dapat meningkat. Pergerakan tersebut akan berkonstribusi pada laporan yang tidak menguntungkan pada aktivitas sektor jasa dan produksi di kawasan tersebut. Kelompok statistik baru yang lemah diperkirakan akan menjadi bukti lain bahwa ekonomi zona euro tidak dapat tumbuh tanpa insentif baru.
Perlu diingat bahwa jarak rapat FOMC yang dekat pada akhir bulan ini dapat menjaga euro dari penurunan kuat.
Apa yang akan dikatakan Fed?
Peluang pelonggaran kebijakan Fed yang kuat cukup lemah, namun masih ada. Fed sebagai langkah pencegahan akan menurunkan suku bunga sebesar seperempat poin. Dengan aksi yang lebih berani yang ditunggu-tunggu trader, bank sentral AS terlihat belum siap. Selain itu, kini bank tidak perlu menurunkan suku bunga sebesar 50 bp, karena data terbaru tidak mensinyalkan penurunan tajam ekonomi AS.
Pergerakan harga yang rendah dipertimbangkan dalam kuotasi, jadi jangan harapkan pelemahan kuat dolar. Trader akan mempelajari teks pernyataan rapat Fed dengan hati-hati agar dapat memahami rencana selanjutnya terkait suku bunga AS.
Posisi Fed tidak hanya menarik para pelaku pasar keuangan, namun juga ECB. Pelaku keuangan asal Eropa kemungkinan ingin mendengarkan kebijakan dari Amerika sebelum memutuskan untuk melanjutkan program pelonggaran kuantitatif dan menurunkan suku bunga.
Jika para anggota ECB memutuskan beberapa langkah kebijakan, ini tidak akan disahkan pada bulan Juli, namun pada bulan September. Terkait hal ini, fokus pasar pada hari Kamis akan terarah pada konferensi pers ECB. Dalam periode sebelumnya, komentar Mario Draghi yang diutarakan setelah rapat, menggerakkan euro 3% atau lebih dalam waktu singkat.
Akankah Bank of Japan mengikuti bank sentral lainnya?
Target inflasi Bank of Japan sebesar 2%. Namun, sejauh ini level ini hanya menjadi angan-angan. Pada Juni, angka inflasi persis sama seperti setahun lalu - 0,7%. Regulator Jepang ini mungkin dapat memulai mempertimbangkan pemotongan suku bunga, karena telah dilakukan oleh bank sentral lainnya dari APR, yaitu Australia, India, Indonesia dan Korea Selatan.
Pada Senin, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyatakan kesiapannya untuk mengambil seluruh langkah yang diperlukan, secara fleksibel dan tanpa ragu-ragu, jika situasi menuntut. Risiko ekonomi Jepang yang sangat bergantung pada ekspor semakin meningkat. Perlambatan pertumbuhan PDB Jepang, perang dagang dengan AS dan penyebaran proteksionisme menyebabkan penurunan ekspor Jepang selama 7 bulan berturut-turut dan pelemahan industri.
"Masih ada ketidakpastian mengenai prospek untuk ekonomi global, seperti friksi perdagangan dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Kami tidak akan ragu untuk merespon risiko yang terkait dengan penurunan dan kami akan mengambil langkah yang fleksibel dan memungkinkan. Jika perlu, kabinet akan mengambil kebijakan ekonomi yang lebih agresif dan berani dari sebelumnya," kata Abe saat konferensi pers setelah koalisi pemerintahannya memperoleh suara mayoritas dalam pemilihan parlemen.
Sebagian besar analis meyakini bahwa Bank of Japan belum akan mengambil langkah darurat, yang tidak dapat dikatakan mengenai Fed. Dalam situasi ini, pasangan USD/JPY tidak hanya dapat turun ke horizon 106.75, namun juga dapat menembusnya, bergerak ke level rendah di awal tahun ini - 105.
