Mungkin tidak ada mata uang yang lebih tertekan di pasar valuta asing selain pound Inggris. Statistik yang kuat dan retorika "hawkish" dari Bank of England entah bagaimana mempertahankannya, namun begitu indikator mulai memburuk, lanskap politik yang tidak menguntungkan melakukan tugasnya - sterling turun. Perlambatan pertama dalam PDB Inggris Raya selama 7 tahun terakhir telah mengirim harga GBP / USD ke level terendah sejak kecelakaan kilat yang terjadi pada Oktober 2016. Jika kita mengecualikannya, pasangan ini pergi ke paling bawah sejak tahun 80-an.

Sejak awal tahun, pound telah turun sekitar 5,5% terhadap dolar AS (hasil terburuk diantara mata uang G10 tidak termasuk krona Swedia) dan turun lebih dari 7% selama tiga bulan terakhir. Pasar hingga saat ini mengandalkan Brexit yang teratur, namun kekuatan yang muncur dari Boris Johnson memperjelas bahwa peluang keluarnya Inggris dari UE tanpa menandatangani kesepakatan dapat dimengerti dengan jelas. Volatilitas sterling naik dengan tajam, dan turun hingga dasar yang dalam.

Dinamika Volatilitas Pound

Satu hal saat investor hanya berbicara mengenai level $1.17 (perkiraan konsensus analis Reuters), level $1,1 (estimasi konsensus analis Bloomberg) atau keseimbangan (perkiraan Morgan Stanley dan BlackRock), sementara itu merupakan hal lain saat ekonomi mulai menanggapi ketidakpastian dan resiko politik yang tinggi. Penurunan dalam PDB Inggris dari _0,5% hingga -0,2% per triwulan tidak lagi memungkinkan Bank of England akan membicarakan mengenai meningkatnya nilai repo. Salah satu skenario pesimis adalah awal yang menjadi kenyataan, yang tidak menyertakan penurunan sterling menuju keseimbangan terhadap dolar.

Penurunan pertama dalam ekonomi Inggris sejak 2012 mengakibatkan argumen menyedihkan. Tidak hanya merasakan penderitaan dari Brexit, namun kebijakan proteksionisme Donald Trump dan perlambatan terkait perdagangan internasional dan permintaan asing juga membuat Inggris memperketat ikat pinggang mereka. Pound tidak dapat membantu apapun kecuali menanggapi kombimnasi dari latar belakan politik yang tidak mendukung dan memburuknya statistik ekonomi makro. Dalam hal ini, rilis data pasar tenaga kerja, inflasi dan penjualan ritel dapat menjadi ujian serius bagi GBP/USD. Seiring meningkatnya pengangguran, harga konsumen dan penjualan ritel akan melambat, seiring gelombang penjualan selanjutnya yang akan menutup sterling.

Dolar AS yang kuat dapat menambahkan bahan bakar ke api. Ya, Donald Trump meminta Fed untuk menurunkan suku bunga federal, namun ia tidak mempertimbangkan devaluasi mata uang AS itu perlu. Ekonomi AS tetap stabil bahkan dengan latar belakang eskalasi friksi perdagangan, dan jika terus berlanjut, para pesaing akan memiliki dolar yang keras. Ini adalah masalah lain jika Fed tetap mengikuti kepemimpinan Gedung Putih dan pada akhir 2019 melonggarkan kebijakan moneter di semua pertemuan FOMC yang tersisa.

Secara teknis, pada grafik GBP / USD bulanan, jelas terlihat bahwa dalam hal memperbarui nilai terendah dari Oktober 2016, pola AB = CD yang lebih rendah dan lebih tinggi akan diaktifkan. Target mereka adalah 200% dan 161,8% konsisten dengan tanda 1.135 dan 1.037.