Usaha pertama pasangan EUR/USD untuk melampaui rentang konsolidasi jangka pendek 1,1165-1,1245 gagal di tengah tidak adanya berita penting.

Nampaknya, para investor kini tengah mengevaluasi mana yang lebih lemah: dolar atau euro?

Eskalasi perang dagang Washington dan Beijing, pelonggaran terkait kebijakan moneter the Fed dan peningkatan kemungkinan resesi di AS menentang the greenback. Ketidakpastian mengenai Brexit, krisis politik yang menjulang di Italia, pelemahan perekonomian Jerman, dan prakiraan stimulus moneter yang serius dengan sisi ECB semuanya melawan euro.

"Terdapat risiko Amerika Serikat akan terus menaikkan tarif atas impor China, dan Beijing akan merespon dengan sesuai. Hal ini meningkatkan peluang bahwa pertumbuhan ekonomi pada 2020 di China dan Amerika Serikat akan turun dari tingkat yang diperkirakan sebesar 6% dan 1,7%", ujar para ahli di badan pemberi peringkat internasional, Moody's.

Diperkirakan peningkatan tensi hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China, bersama dengan sell-off di pasar saham AS, tidak akan memberikan the Fed pilihan kecuali menurunkan suku bunga bulan depan. Para trader memperkirakan setidaknya dua aksi ekspansi moneter dari bank sentral AS pada akhir tahun.

Namun, pasar kini tengah menantikan langkah-langkah yang bertujuan untun mencegah penurunan ekonomi tidak hanya dari Federal Reserve, namun juga dari ECB.

Axa Investment Managers yakin hanya EUR 100-200 miliar stimulus moneter dalam bentuk pelonggaran kuantitatif (QE) dari regulator Eropa yang akan diperhitungkan dalam nilai tukar EUR/USD. Kemungkinan, keadaan ini mencegah "bull" euro melakukan serangan.

Menurut prakiraan ABN Amro, ECB akan membeli aset senilai €70 miliar secara bulanan selama tiga kuartal. Morgan Stanley yakin jumlahnya akan sekitar €45-60 miliar per bulan selama setahun. Goldman Sachs memperkirakan skala program pelonggaran kuantitatif selanjutnya sebesar €300 miliar.

Jika penurunan suku bunga deposit sebesar 0,1 basis poin pada September kemungkinan besar akan diperhitungkan dalam kuotasi, maka ukuran pembelian aset program pelonggaran kuantitatif belum sepenuhnya diterapkan. Mario Draghi, yang dijadwalkan akan meninggalkan posisi kepala ECB pada musim gugur, dapat membanting pintu dengan keras dan mengejutkan para pelaku pasar dengan stimulus moneter yang luar biasa, kemudia bull euro akan kesulitan.

Saat ini, tekanan pada mata uang tunggal Eropa diberikan oleh seruan dari Wakil Perdana Menteri Italia, Matteo Salvini, untuk menggelar pemilu awal di negara tersebut, serta prakiraan data PDB Jerman dan zona euro yang lemah.

Menurut prakiraan para analis Bundesbank dan Reuters, pada kuartal kedua, pimpinan perekonomian di blok mata uang tersebut melambat 0,1%.

Ingat pada Januari-Maret, kenaikan 0,4% tercatat dalam skala kuartalan. Indikator yang menuju area negatif dapat menjadi hembusan besar bagi ambisi "bear Eropa", dan prinsip "tidak akan lebih buruk" kini mencegah mereka untuk mengambil langkah aktif.

Sementara itu, peringkat Wakil Perdana Menteri Italia, Matteo Salvini, meningkat, meski politisi tersebut sebelumnya menolak untuk memenuhi persyaratan Brussels (untuk mengurangi defisit anggaran, menaikkan usia pensiun dan meningkatkan PPN), karena hal ini akan memukul kesejahteraan warga Italia.

Kemungkinan "Liga Utara" yang dipimpin oleh M. Salvini akan memenangkan pemilu awal jika benar-benar digelar. Namun, hal ini akan menyebabkan konfrontasi yang bahkan lebih besar dengan Brussels dan, secara umum, ke arah akhir yang tak terduga bagi negara tersebut.

Dengan demikian, pasangan EUR/USD masih mempertahankan kecenderungan untuk berkonsolidasi. Namun, neraca yang rapuh, bersama dengan Brexit dan memburuknya kondiis politik di Italia, dapat merusak laporan PDB di zoan euro pada kuartal kedua, serta data penjualan ritel selama Juli, yang akan rilis pekan ini.