Keputusan tak terduga pemerintah AS untuk menunda permberlakukan tarif cukai 10 persen pada sejumlah produk-produk yang dikirim ke AS dari China menghidupkan kembali pasar. Para investor mulai membeli aset-aset yang lebih murah.
Mengapa Gedung Putih mundur? Mungkin Amerika Serikat benar-benar ingin membuat kelonggaran atau mereka melihat Beijing tidak takut dengan tarif mereka? Ingat bagaimana China mendevaluasi yuan dengan mudah untuk mengurangi dampak negatif dari tarif cukai yang diperkenalkan oleh AS.
Perlu diingat bahwa hari ini bank sentral China, People's Bank of China, mengangkat nilai yuan terhadap dolar untuk pertama kalinya dalam dua minggu - hingga 7,0312. Sebelumnya, regulator tersebut terus menurunkan mata uang nasionalnya, sehingga yuan selalu memperbarui level terendahnya sejak musim semi 2008.
Menilai komentar Donald Trump, keputusan presiden AS tersebut untuk menunda diberlakukannya tarif cukai China yang baru untuk sejumlah produk hingga 15 Desember bukanlah sinyal kemajuan dalam negosiasi perdagangan Washington-Beijing, namun lebih kepada hasil dari tekanan perusahaan-perusahaan AS.
"Kami melakukan ini dengan mempertimbangkan libur Natal mendatang jadi sebagian pajak tidak akan berimbas pada konsumen di Amerika Serikat," ujar Trump.
Dengan itu, pimpinan Gedung Putih ini untuk pertama kalinya mengakui bahwa tarif dapat membahayakan ekonomi AS.
Goldman Sachs yakin bahwa langkah Washington yang mengubah rencana awalnya untuk memberlakukan pajak pada semua ekspor dari China ke AS adalah reaksi terhadap jatuhnya indeks-indeks saham AS.
Menurut Moody's, peristiwa terbaru ini seharusnya tidak dianggap sebagai de-eskalasi konflik antara AS dan China: ini hanya penundaan sementara.
"D. Trump tidak ingin terlihat lemah dan tidak mampu mencapai targetnya. Selain itu, ia khawatir jika strategi pilihannya untuk perang dagang dengan China tidak akan efektif di mata pemilihnya dan China," laporan dari media China, Global Times.
"AS melunak segera setelah negosiasi antara kedua negara berada di ambang kegagalan total. Sikap lunak Washington yang terbaru adalah dengan mengakui bahwa taktik penekanan terhadap Beijing tidak berhasil," jelas Bai Ming, seorang analis di Chinese Academy of International Trade and Economic Cooperation.
Namun, terlepas dari motif Gedung Putih, kabar terbaru dari sektor perdagangan menyebabkan reaksi yang sangat positif dari pasar, yang memungkinkan indeks-indeks AS memenangkan kembali penurunan pada awal pekan ini, dan dengan itu greenback menguat terhadap mata uang utama lainnya, khususnya melawan yen. Pasangan USD/JPY menembus level 106.
Data yang dirilis kemarin juga memberikan dukungan kepada mata uang AS, karena rilis data menunjukkan kenaikan terbaik (sejak 2006) selama dua bulan dalam inflasi inti di AS. Pada Juli, indikator ini naik 0,3% per bulan dan 2,2% per tahun. Fakta bahwa inflasi melaju setelah awal yang lambat mengurangi risiko pelonggaran kebijakan moneter yang agresif. Peluang pemotongan suku bunga pada bulan September sebanyak 50 basis poin turun dari 25% ke bawah 10%. Kepemimpinan Fed semakin menurunkan peluang pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
Hari ini, yen terhadap dolar kembali ke pertumbuhan meski risiko geopolitik berlanjut.
Di tengah langkah-langkah terbaru dari AS, pasar tidak menunggu resolusi yang cepat untuk perselisihan dagang Washington dan Beijing, yang menekan ekonomi global secara keseluruhan.
Para analis juga mencatat adanya ketegangan geopolitik di berbagai wilayah di dunia, yang mendorong permintaan untuk yen.
"Kabar terbaru memberikan peluang lebih besar untuk dolar menguat dan yen melemah, namun hal ini tidak berarti bahwa perselisihan dagang terselesaikan. Selain itu, terdapat banyak risiko geopolitik, seperti situasi di Hong Kong, Brexit, dan situasi seputar Iran. Oleh karena itu, saya tidak mengharapkan permintaan yang signifikan untuk aset-aset berisiko," kata Tohru Sasaki, seorang analis di JPMorgan Chase Bank.
Banyak pihak berasumsi bahwa jika China merasakan Donald Trump melemah dan mulai mendikte kondisinya, maka kita akan kembali melihat reaksi pasar yang sama, kebalikan dari reaksi yang terlihat kemarin.
Untuk pasangan mata uang utama, harga masih di dalam kisaran lateral yang luas.
Hasil studi yang suram terhadap sentimen bisnis di Jerman hari ini dikonfirmasi oleh indikator-indikator ekonomi aktual. Menurut Destatis, PDB Jerman turun 0,1% pada kuartal kedua dibandingkan dengan kuartal pertama/
Menurut para analis, dua indikator dengan hasil negatif berturut-turut akan menandakan resesi teknis di negara tersebut, yang merupakan lokomotif ekonomi keseluruhan Eropa. Namun, seluruh zona euro tetap aman: PDBnya terus tumbuh di kuartal kedua, meski hanya 0,2% per kuartal/