Beberapa bank sentral di kawasan Asia Pasifik menurunkan tingkat suku bunga mereka secara signifikan. Banyak regulator perbankan siap mengikuti contoh mereka, karena pelonggaran kebijakan di AS dan Eopa memberikan sedikit kebebasan untuk bertindak. Perlu diingat bahwa regulator-regulator Asia Pasifik tidak hanya merespon terhadap perubahan kebijakan ECB dan Fed, namun juga mencoba mengantisipasi langkah-langkah selanjutnya. Mereka mengira ECB akan menerapkan langkah-langkah yang direncanakan, dan mungkin penurunan suku bunga oleh Federal Reserve pada rapat bulan September.

Bank Sentral Selandia Baru memotong suku bunga dari 1,5% ke 1%, meski pasar tidak mengharapkan kejutan besar. Kita dapat katakan bahwa dengan cara ini, regulator tersebut membuka jalan untuk pelonggaran kebijakan moneter yang sama di Australia.

Terkait hal ini, pasangan AUD/USD rentan terhadap penurunan lebih lanjut dari sudut pandang fundamental, meskipun tampak ada pemulihan pada hari Kamis. Pertumbuhan didorong oleh data positif pada pasar buruh negara tersebut. Pada hari Rabu, data yang dirilis menunjukkan adanya kenaikan upah di Australia. Namun, ini tidak cukup untuk mempercepat inflasi. Pertumbuhan upah yang wajar ditambah dengan tingkat pengangguran saat ini, mengisyaratkan bahwa RBA akan kembali menurunkan suku bunga pada akhir tahun ini.

"Ada alasan untuk mengharapkan bahwa periode panjang suku bunga yang rendah akan diperlukan untuk kemajuan dalam mengurangi pengangguran dan mendorong harga mencapai target tingkat inflasi," kata pimpinan bank sentral Australia setelah rapat pada awal Agustus.

Ekspektasi pelunakkan kebijakan RBA membuat aussie rentan.

Sinyal-sinyal resesi global

Pimpinan bank-bank sentral dunia tengah berupaya merangsang ekonomi sehubungan dengan risiko resesi global yang meningkat. Turut menambah ekspektasi negatif adalah konflik perdagangan AS-China yang semakin sengit.

Hasil dari kebijakan membuat nilai mata uang menjadi murah agar dapat membantu situasi menjadi lebih baik jauh dari harapan. Meski begitu, bank sentral tidak menyerah. Suku bunga yang tinggi menopang nilai tukar mata uang, sementara AS, Eropa dan China kesulitan untuk menjaga mata uang nasional mereka.

Bank sentral Swiss dan Inggris, yang merupakan penerbit dua mata uang cadangan, juga berada di bawah pengaruh. Sebagai contoh, untuk Swiss, yang baru-baru ini memulai intervensi untuk melemahkan franc, ini berarti mendorong suku bunga lebih dalam ke zona negatif.

The Bank of England belum lama ini juga berbicara mengenai rencananya untuk memperketat kebijakan moneter. Berbeda dengan negara-negara industri lainnya, Inggris tengah menghadapi tekanan inflasi, namun ketidakpastian yang semakin tumbuh terkait Brexit memaksa bank sentral untuk mengambil jalan seperti sebelumnya, yaitu menurunkan suku bunga untuk mengurangi dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Pasar AS turun di tengah inversi bawah kurva yield. Di Inggris, yield obligasi pemerintah 2 tahun naik satu poin dan obligasi 10 tahun, turun 2 poin, juga membalikkan kurva ini. Inversi tidak selalu dan tidak harus berperan sebagai jaminan adanya resesi. Namun, mengingat data yang sangat pesimis (seperti penurunan PDB Jerman), pasar dapat benar-benar mengalami kepanikan.