Awal pekan ini, kuotasi minyak menunjukkan pembelokkan harga ke atas selama sesi Asia. Menurut para analis, pertumbuhan tersebut terjadi untuk pertama kalinya dalam tujuh pekan terakhir.

Pada Senin, 19 Agustus, kuotasi berjangka September untuk varietas "ringan" meningkat 0,97% ke $55,40 per barel, sementara merek Brent naik 1,06% ke $59,26 per barel.

Menurut para analis, dua faktor yang memberikan dukungan signifikan terhadap harga emas hitam: meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah karena rusaknya infrastruktur minyak di Arab Saudi dan perkembangan negosiasi dagang AS-China. Ingat bahwa tensi di Timur Tengah memicu aksi para separatis Yaman, yang menyerang pabrik minyak di Arab Saudi dengan bantuan drone.

Banyak analis yakin kenaikan harga emas dalam waktu dekat tidak mungkin terjadi karena pertumbuhan permintaan yang lemah. Tekanan terhadap pasar emas hitam juga diberikan oleh prakiraan OPEC saat ini. Departemen tersebut menekankan bahwa pada 2019, pertumbuhan permintaan minyak dunia sebesar 40 ribu barel per hari, kurang dari prakiraan sebelumnya.

Pada 2020, diperkirakan permintaan sedikit melampaui pasokan, para perwakilan kartel tersebut mengatakan. Para analis menganggap pengamatan ini sangat penting, karena OPEC sangat jarang memberikan prakiraan "bearish" bagi pasar minyak.