Perdana Menteri Inggris Boris Johnson masih berniat untuk menetapkan untuk menarik negara dari Uni Eropa pada 31 Oktober, dan negosiator dari zona euro masih belum ingin membahas kesepakatan baru.

Satu hari sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa 27 negara anggota UE menyesali fakta bahwa perdana menteri Inggris masih belum membuat proposal konkrit untuk menggantikan penghalang Irlandia.

Sudut pandang B. Johnson terkait isu ini dalam berbagai hal menyerukan posisi dari pendahulunya - Theresa May. Ia juga ingin menghindari batas ketat dalam Irlandia dan menemukan mekanisme alternatif untuk mencapai tujuan ini, namun idenya tidak didukung oleh Anggota Parlemen Inggris, dan ketua pemerintahan saat ini tidak kebal terhadap skenario serupa.

Pimpinan ketenagakerjaan Jeremy Corbyn telah mengatakan bahwa ia akan melakukan segala yang memungkinkan untuk menghindari Brexit tanpa kesepakatan, dan menambahkan bahwa dalam hal referendum baru ia tentu akan memperkenalkan klausul yang memungkinkan Inggris akan tetao dalam UE. Juru bicara dari House of Common, John Bercow, pada gilirannya, mengatakan bahwa ia tidak akan mengizinkan perdana menteri menghentikan kerja Parlemen.

Seiring situasi politik di Inggris yang terus memburuk, menggaris bawahi prospek yang tidak terlalu baik bagi pound, analis merekomendasikan bahwa anda menahan diri dari pembukaan posisi beli pada pasangan GBP/USD.

Pada 12 Agustus, mata uang Inggris turun ke level terendah sejak awal 2017 di $ 1.2015 terhadap dolar AS. Minggu lalu, statistik positif terkait pasar tenaga kerja, inflasi dan penjualan ritel di Inggris mempertahankan GBP/USD dari penembusan dibawah level 1,20. Sejauh ini, pasangan tidak mampu melampaui kisaran 1,20-1,2210. Resiko ketiadaan dari kesepakatan dengan UE dan ketegangan dalam dampak perdagangan dunia pada dinamika pound, mendorong kecenderungan untuk menjual selama periode kenaikan. Jika pound menembus level $1.20, maka dapat menguji level rendah dari $ 1,1841, yang dicapai pada Oktober 2016.