Bukan rahasia umum bahwa selama beberapa bulan terakhir, dinamika nilai tukar emas bergantung pada berita dari konfrontasi perdagangan "lanjutan" antara Amerika Serikat dan China.

Ketika diketahui bahwa kedua pihak siap untuk menyimpulkan perjanjian "perdamaian", harga logam mulia kuning turun tajam, jatuh dari $ 1.514 menjadi $ 1.448 per ons.

Menurut analis, emas berhasil bertahan dalam kisaran stabil di $ 1.440 - $ 1.570 hanya karena fakta bahwa investor masih belum sepenuhnya yakin akan kemungkinan gencatan senjata.

Namun, jika kemajuan nyata terlihat dalam negosiasi perdagangan antara Washington dan Beijing, logam mulia akan kembali mendapat tekanan serius.

Analis Morgan Stanley percaya bahwa dalam kasus penandatanganan perjanjian sementara antara Amerika Serikat dan China, serta pembatalan bea masuk yang sebelumnya mereka perkenalkan, harga emas pada kuartal pertama 2020 dapat jatuh menjadi $ 1.394 per ons.

Sementara itu, analis Saxo Bank tetap optimis terhadap prospek logam mulia.

"Ini akan memakan waktu cukup lama sebelum ekonomi global pulih kembali dan pertumbuhan kembali berlanjut. Oleh karena itu, emas memiliki peluang bagus untuk menjadi aset yang dicari dalam waktu yang lama sementara ekonomi global akan pulih," mereka percaya.

Menurut prakiraan bank, tahun depan logam mulia dapat tumbuh 10-15%, ke level $ 1.700 per ons.