Meski statistik Inggris terus mengecewakan, pound tidak terburu-buru kibarkan bendera putih. Rupanya, seperti Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Inggris dengan tulus percaya pada kemenangan Tories dalam pemilu mendatang. Jika mata uang Inggris tidak menanggapi data yang kuat sebelumnya, pertanyaannya adalah, mengapa kini Inggris menjadi sangat sensitif terhadap indikator yang lemah, jika peta politik di negara tersebut tidak banyak berubah?

Pada Juli-September, ekonomi Inggris tumbuh sebesar 0,3% kuartalan, tidak mencapai prakiraan 0,4%. Secara tahunan, indikator meningkat sebesar 1%, menunjukkan tingkat pertumbuhan terendah sejak 2010.

Pada kuartal ketiga, jumlah orang Inggris yang bekerja turun 58 ribu, menjadi 32,753 juta, yang merupakan penurunan tertinggi sejak musim panas 2015. Jumlah lowongan kerja telah turun secara tahunan pada tingkat tertinggi sejak krisis keuangan.

Pada bulan Oktober, harga konsumen di negara ini meningkat 1,5% dalam jangka waktu tahunan, mencatat dinamika terburuk sejak November 2016.

Bulan lalu, penjualan ritel turun 0,1% dibandingkan September. Tingkat tahunan meningkat sebesar 3,1% dibanding prakiraan 3,7%. Data ternyata lebih buruk dari ekspektasi pasar.

Jelas, proses Brexit yang berlarut-larut berdampak negatif pada ekonomi Inggris. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa pada pertemuan terakhir Bank of England, dua dari sembilan anggota Komite Kebijakan Moneter berpidato mendukung penurunan suku bunga.

Namun, kecil kemungkinan BoE akan melemahkan kebijakan moneter pada bulan Desember. Kemungkinan besar, bank sentral akan lebih memilih untuk mengevaluasi hasil pemilihan awal ke Parlemen nasional dan hanya akan mulai bertindak setelah itu. Oleh karena itu, perkiraan untuk pound masih didasarkan pada faktor politik.

Menurut perkiraan konsensus oleh analis Bloomberg, jika Konservatif memenangkan pemilihan mendatang dengan meyakinkan, pasangan GBP / USD akan naik ke titik 1,34. Probabilitas hasil seperti itu diperkirakan sebesar 40%. Pada saat yang sama, peluang kaum Buruh yang menang tanpa syarat, menurut para ahli, masih sangat rendah (5%), tetapi jika itu terjadi, maka di tengah investor yang melarikan diri dari negara ini, khawatir dengan kebijakan nasionalisasi, pound dapat jatuh ke $ 1,23.

Menurut jajak pendapat baru-baru ini, Konservatif siap mendukung 42% pemilih, sementara Buruh - 28%.

Retorika dovish Bank of England memungkinkan bear GBP / USD untuk melakukan serangan balik. Namun, tren bullish masih berlaku. Oleh karena itu, pernyataan Nigel Faraj bahwa Partai Brexit yang dikepalainya tidak akan bersaing dengan Tories dalam pemilihan mendatang, melemparkan pound ke titik $ 1.2900.

"Risiko Brexit yang sangat rendah tanpa kesepakatan akan membantu pound mempertahankan laba baru-baru ini terhadap dolar AS dan diperdagangkan dalam kisaran $ 1.2600-1.3200 pada akhir tahun ini," kata ahli strategi UBS.