The Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) mampu membawa kejutan. Meskipun ini tidak memberikan dampak positif pada bank sentral: level komunikasi yang lemah dengan pasar dibayang-bayangi dengan konsekuensi buruk. Di sini, perlu diingat peristiwa yang terjadi pada musim panas ini, saat RBNZ menurunkan suku bunga 50 poin tanpa peringatan yang jelas. Gaung keputusan ini terasa jauh melampaui perbatasan Selandia Baru - banyak pakar yang mengisyaratkan bahwa bank-bank sentral negara-negara utama lainnya akan mengikuti langkah ini dan beralih ke langkah melonggarkan kebijakan moneter yang agresif. Tidak hanya dolar Selandia Baru, namun juga dolar Australia terkena imbasnya, trader-trader pasangan AUD/USD mengkhawatirkan langkah yang sama dari RBA.
Dalam beberapa bulan berikutnya, bank-bank sentral negara-negara utama di dunia benar-benar menurunkan suku bunga, namun tidak begitu agresif, dan kedua, sebelum diputuskan memperingatkan pasar mengenai aksi yang direncanakan. Sayangnya, level komunikasi dalam RBNZ tidaklah begitu bagus: berbeda dengan harapan umum para trader, regulator tersebut diluar dugaan menghentikan untuk sementara proses pelonggaran kebijakan moneter pada bulan Nvember, menunjukkan optimisme yang tidak masuk akal sehubungan dengan ekonomi nasional pada rapat terakhir tahun lalu.
Pada malam rapat bulan November, peluang pemotongan suku bunga menjadi 0,75% hampir 100 persen. Fakta ini telah dipertimbangkan secara luas dalam harga terkini. Para analis terutama membahas dilema lain, untuk menentukan prospek kebijakan moneter selanjutnya. Menurut beberapa analis, bank sentral Selandia Baru tidak mengesampingkan penurunan suku bunga menjadi 0,5% pada awal 2020; menurut analis lainnya, regulator akan membatasi dirinya ke penurunan bulan November, sehingga menunda isu pelonggaran kebijakan moneter. Pada umumnya, semua orang salah: menurut RBNZ, situasi dalam ekonomi negara ini setelah rapat bulan Agustus tidak membutuhkan perubahan dalam parameter kebijakan moneter.
Pada waktu yang sama, regulator perbankan ini mengabaikan banyak peringatan. Data terbaru pada pertumbuhan PDB Selandia Baru menunjukkan adanya perlambatan dalam ekonomi nasional: dalam kuartal kedua, indikator kunci tumbuh hanya ke 2,1% pada skala tahunan dan pada skala per kuartal - 0,5%. Angka yang dirilis ini menandakan bahwa ekonomi Selandia Baru telah melambat ke level terendahnya dalam lima tahun. Data pasar buruh Selandia Baru juga ternyata lemah. Setelah turun ke 3,9%, pada kuartal ketiga tingkat pengangguran melonjak ke 4,2%. Kenaikan jumlah pegawai juga menunjukkan tren negatif. Jika pada kuartal kedua indikator ini mencapai 0,6% q/q, maka pada kuartal ketiga turun ke 0,2%. Pada skala tahunan, gambarannya tidak lebih baik - indikator telah mengalami penurunan yang stabil sejak kuartal ketiga 2018, turun dari 3,7% ke 0,9% saat ini. Level upah dalam sektor swasta juga menurun.
Tren-tren ini jelas menandakan konsekuensi negatif konflik perdagangan global. Kemungkinan regulator perbankan Selandia Baru memutuskan untuk mengambil jeda, sementara menjaga harapan penandatanganan kesepakatan bersejarah antara AS dan Tiongkok. Namun, latar belakang berita mengenai prospek proses negosiasi cukup pesimis. Washington dan Beijing tidak akan mencapai kompromi yang signifikan. Trump lagi-lagi mengancam dengan pajak cukai, sementara perwakilan Tiongkok "tetap bertahan", seraya mempertahankan ketenangan ketimuran. Pada waktu yang sama, rintangan terus bermunculan dan aktivitas ekonomi global terus melemah. Kepala RBNZ berulang kali menyoroti hal ini - menurutnya, kembalinya konflik perdagangan global menurunkan permintaan untuk barang dan jasa di Selandia Baru. Dengan mempertimbangkan posisi yang disuarakan, dapat diasumsikan bahwa isu penurunan suku bunga belum benar-benar dihapuskan dari agenda.
Sebenarnya, pada rapat terakhir, para anggota bank sentral Selandia Baru tidak mengecualikan skenario ini: menurut mereka, RBNZ terbuka untuk insentif tambahan lebih lanjut "jika diperlukan".
Namun, perlu dicatat bahwa rapat RBNZ selanjutnya akan dilakukan baru pada Februari tahun depan, jadi sebelum itu fluktuasi pasangan NZD/USD akan bergantung pada statistik makroekonomi terbaru, latar belakang fundamental eksternal dan pergerakan mata uang AS. Bank sentral Selandia Baru tidak mengakhiri siklus pelonggaran kebijakan moneter - kini segalanya bergantung pada situasi terkini. Menurut sebagian pakar, RBNZ akan kembali membahas isu ini pada bulan Mei, menurut sebagian lainnya - jauh lebih awal, pada rapat pertama 2020.
Dinamika kenaikan pasangan NZD/USD hari ini dijelaskan oleh kenaikan indeks harga untuk produk-produk olahan susu. Lelang Global Dairy Trade terbaru (yang diadakan setiap dua minggu) telah menunjukkan bahwa harga produk olahan susu dasar semakin tumbuh, meskipun permintaan dari Tiongkok lemah dan produksi berlebih secara umum. Namun, sejak awal September, indikator ini telah berada di atas level nol, dan hari ini mencapai 1,7%. Fakta ini memicu minat dalam dolar Selandia Baru, yang setelahnya kiwi kembali memasuki level 1,6400an.
Namun, dinamika harga ini harus diperlakukan dengan kehati-hatian. Pasangan ini mendekati level resistance di 0,6450 - ini adalah garis atas indikator Bollinger Bands pada grafik harian. Pembeli telah berulang kali menguji level ini, namun tidak berhasil. Oleh karena itu, posisi beli dalam pasangan ini hanya dapat dilakukan jika harga konsolidasi pada target di atas (dalam hal ini, indikator Ichimoku akan menghasilkan sinyal bullish Parade of Lines). Level support adalah harga 0,6310 - ini adalah garis bawah Bollinger Bands, yang bertepatan dengan batas bawah cloud Kumo pada D1.
