Pada hari Kamis, nilai mata uang AS turun terhadap sebagian besar pesaing utamanya, hal ini dikarenakan investor beralih ke aset yang lebih beresiko seperti saham global dan bahan baku.

Menurut para ahli, kekhawatiran mengenai penyebaran virus COVID-19 yang terus terjadi diseluruh dunia dapat membuat beberapa pasangan mata uang berada dalam kisaran yang sempit, akan tetapi kerugian dolar akan tetap meningkat, karena sentimen positif mendukung tingkat yang lebih beresiko untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Pada minggu ini, indeks USD membentuk apa yang disebut "death cross" (persimpangan "bearish" dari rata-rata pergerakan 50 dan 200 hari).

Menurut analis dari Bank of America, persimpangan seperti itu telah terbentuk sembilan kali sejak 1980, dan dalam delapan kasus, sinyal tersebut diikuti dengan melemahnya mata uang AS.

Menurut MUFG, "kebijakan akomodasi The Fed, harapan akan stimulus fiskal yang lebih besar dari Gedung Putih, serta stabilitas sektor teknologi yang memimpin pasar saham kembali naik, semua menunjukan bahwa nilai dolar masih lemah pada saat ini."

Pertumbuhan pasar saham global memberikan tekanan pada dolar yang yaman, yang berkontribusi pada rally EUR/USD tertinggi bulanan di sekitar level 1.1365.

Para ahli strategi MUFG mengatakan, "Pasangan mata uang utama tidak dapat menembus level 1.1200 dalam beberapa pekan terakhir, pasangan ini terdorong dan mencapai nilai maksimum sejak 11 Juni. Saat ini, mereka dapat menguji batas atas dengan kisaran perdagangan 1.1200 - 1.1400."

"Dolar menjadi lebih rentan karena krisis virus Corona mereda. Nilai dolar AS terus menunjukan penurunan yang lebih serius dibandingkan sepuluh negara besar lainnya, dan ini belum sepenuhnya tercermin dalam nilai tukar USD."

"Pertumbuhan pasangan mata uang EUR/USD akan terus berlanjut ditengah pelunakan langkah-langkah restriktif di Eropa dan pemulihan ekonomi global. Faktor lain yang menguntungkan bagi euro adalah inisiatif untuk menciptakan dana pemulihan ekonomi Uni Eropa. Sementara itu, dolar akan kehilangan kekuatan ditengah kakhawatiran atas neraca inflasi Fed dan bertambahnya hutang pemerintah," menurut UBS.

Sementara itu, Danske Bank percaya bahwa seseorang tidak seharusnya mengandalkan pergerakan arah yang signifikan dalam pasangan EUR/USD dalam waktu dekat ini.

Danske Bank mengatakan bahwa walaupun kita masih menunggu mencapai level 1.15 untuk diuji dalam periode tiga bulan mendatang, namun perkiraan seperti itu hanya berdasarkan pada kemungkinan meningkatnya tekanan pada dolar. Gelombang ke dua virus Corona di AS telah menimbulkan kekhawatiran dan dapat menyebabkan reaksi moneter dan fiskal baru dari pihak berwenang. pada saat yang sama, euro akan sulit untuk menemukan pendorong baru untuk kenaikan yang lebih tinggi: resiko politik, merangsang langkah-langkah Uni Eropa dan optimisme tentang kemungkinan menciptakan dana tunggal untuk membantu ekonomi kawasan yang sudah diperhitungkan dalam nilai pasangan EUR/USD.