Jepang mempublikasikan data penting mengenai pertumbuhan inflasi di negara tersebut, serta indeks PMI, selama sesi Asia hari ini. Namun, yen mengabaikan rilis ini, kembali menunjukkan "keterikatan" hanya pada latar belakang fundamental eksternal. Mengingat kerentanan umum mata uang AS, Jepang kembali menjadi alat pelindung utama di pasar valuta asing. Oleh karena itu, penting untuk menilai prospek masa depan pasangan USD/JPY melalui prisma permintaan saat ini untuk mata uang safe haven.
Mari kita mulai dengan laporan ekonomi makro Jepang. Statistik penting berperan penting dalam menentukan prospek kebijakan moneter. Pertemuan Bank of Japan berikutnya akan digelar minggu depan - hasil pertemuan Oktober akan diumumkan pada tanggal 29.
Secara keseluruhan, inflasi Jepang menunjukkan hasil yang lemah. Indeks harga konsumen umum terus bergerak turun, kali ini jatuh ke level nol. Sejauh ini, ini adalah hasil terlemah dalam empat tahun terakhir - situasi lebih buruk hanya pada musim gugur 2016, ketika indikator ini turun di bawah nol. Indeks harga konsumen tidak termasuk harga makanan segar terus berada di area negatif, di mana indikator ini berada selama dua bulan berturut-turut. Komponen lain - indeks harga konsumen tidak termasuk harga pangan dan energi - "berupaya" meninggalkan area negatif. Namun, indeks ini hanya dapat mencapai level nol.
Sederhananya, tingkat pertumbuhan inflasi di Jepang menyisakan banyak keinginan. Meskipun indikator di atas berada di level prakiraan, namun mencerminkan proses ekonomi yang negatif. Pekan lalu, kepala regulator Jepang, Haruhiko Kuroda mengakui pandemi virus corona telah menekan permintaan konsumen secara signifikan. Dengan demikian, tingkat inflasi negara tersebut cenderung negatif; setidaknya hingga akhir tahun ini. Rilis hari ini mengkonfirmasi kekhawatiran Gubernur Bank Sentral tersebut bahwa inflasi tetap menjadi "tautan lemah" dalam ekonomi Jepang. Kuroda juga menambahkan bahwa Bank of Japan belum menggunakan semua alat dan mampu melawan dampak pandemi ini. Ia sekali lagi mengulangi kalimatnya bahwa "jika perlu, ia tidak akan ragu untuk mengambil tindakan mitigasi tambahan." Mengingat dinamika inflasi, pengendali Jepang tersebut sebenarnya dapat merealisasika pernyataannya pada minggu depan. Menurut Reuters, Bank Sentral setidaknya akan merevisi prakiraan ekonomi dan inflasi pada pertemuan Oktober, yang akan disajikan dalam laporan kuartalan Bank Sentral.
Terlepas dari prospek dovish tersebut, pasangan USD/JPY "menjalani hidupnya sendiri." Menanggapi laporan inflasi lemah yang diterbitkan di Jepang hari ini, harga yen bukan hanya tidak jatuh, namun bahkan menguat, mundur dari perbatasan angka ke-105. Secara umum, tidak ada yang mengejutkan di sini: mata uang Jepang, pada umumnya, mengabaikan faktor fundamental "internal". Hanya jika politik di negara tersebut berubah drastis (misalnya, pengunduran diri Perdana Menteri Abe baru-baru ini) atau dalam kasus keputusan yang tidak terduga oleh Bank of Japan, yen menunjukkan reaksi yang kurang lebih jelas. Dalam kasus lain, pasangan USD/JPY fokus pada peristiwa latar belakang fundamental eksternal. Oleh karena itu, rilis hari ini hanya meningkatkan kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter regulator Jepang, namun tidak memengaruhi sentimen umum para trader.
Mempertimbangkan disposisi ini, dapat diasumsikan bahwa tren menurun USD/JPY akan segera menguat - terutama karena pertumbuhan sentimen risk-off. Debat televisi antara Donald Trump dan Joe Biden berakhir beberapa jam yang lalu. Reaksi pasar berhati-hati dan agak terkendali, karena sulit untuk secara objektif menentukan pemenang yang jelas dari duel verbal ini. Jika seperti pada debat September, reaksi para trader akan menyusul kemudian - ketika hasil pertama survei penonton televisi diketahui. Akan jelas ke arah mana pendulum tersebut berayun - apakah Biden akan memperkuat posisinya dan memperjauh jarak dari kepala Gedung Putih, atau intrik pemilu presiden akan terus berlanjut jika keuntungannya mengarah pada Trump. Opsi kedua akan memperkuat sentimen risk-off di pasar, karena dengan tidak adanya pemenang yang jelas dalam pemilu, Presiden saat ini akan mulai memperjuangkan setiap suara, yang mempertanyakan "pemungutan suara melalui pos." Namun opsi ini tidak dikecualikan jika terjadi kekalahan, mengingat pernyataannya saat pemilu. Ia berulang kali menyuarakan gagasan bahwa pemilu dapat dicurangi untuk memenangkan Biden, dan keputusan akhir atas hasil pemungutan suara tidak akan disampaikan oleh Komisi Pemilu, melainkan oleh Mahkamah Agung AS.
Bagaimanapun, dolar akan melalui periode ketidakpastian politik yang sulit. Hasil debat hari ini dapat meningkatkan kekhawatiran atas hal ini, yang memicu lonjakan sentimen risk-off di pasar, dan oleh karena itu, meningkatkan permintaan yen. Perlu juga dicatat bahwa tenggat waktu berikutnya untuk negosiasi atas nasib paket bantuan baru untuk ekonomi AS akan berakhir hari ini. Kemarin, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat dari Demokrat, Nancy Palosi, mengatakan bahwa "negosiasi berjalan cukup baik," meyakinkan wartawan bahwa RUU yang telah lama dibahas tersebut dapat disepakati dan dipilih sebelum pemilu presiden. Dan jika negosiator kembali mengecewakan para investor lagi, tren menurun USD/JPY akan mendapat dorongan signifikan.
Oleh karena itu, posisi short pada pasangan ini masih relevan, termasuk dari sudut pandang teknikal. Pasangan dolar/yen di grafik harian terletak di antara garis tengah dan bawah indikator Bollinger Bands, serta di bawah semua garis indikator Ichimoku. Konfigurasi ini memungkinkan bear USD/JPY untuk setidaknya memperbarui titik terendah minggu ini (yang ditandai di level 104,35, menuju level support utama di level 104,00).
