Dolar Selandia Baru yang dipasangkan dengan mata uang AS terus memperbarui harga tertinggi. Selama dua hari, pasangan NZD/USD menguji angka ke-70. Terakhir kali NZD berada di ketinggian harga seperti itu hampir dua setengah tahun yang lalu pada Juni 2018. Patut dicatat bahwa pasangan ini naik tidak hanya karena pelemahan greenback, namun karena kemarin dolar Selandia Baru menerima dukungan dari pemerintah Selandia Baru, yang tidak langsung, namun cukup kuat (dan tidak terduga). Semua faktor fundamental lainnya juga positif untuk pasangan NZD/USD, dimulai dari niat regulator Selandia Baru, diakhiri dengan situasi virus corona di negara tersebut.

Dalam sesi Asia kemarin, Menteri Keuangan Selandia Baru mengumumkan rencana kementeriannya untuk memasukkan masalah stabilitas harga rumah ke dalam daftar tanggung jawab regulator Selandia Baru. Namun, mengingat Bank Sentral negara tersebut merupakan badan independen, Kementerian Keuangan selama ini hanya mengirimkan proposal (rekomendasi) yang relevan kepada Bank Sentral. Jika Bank Sentral menyetujui proposal ini, ketika menentukan arah kebijakan moneter di masa depan, faktor ini akan dipertimbangkan.

Perlu diingat bahwa belum lama ini, pada musim semi tahun lalu, Reserve Bank of New Zealand memperkenalkan mandat ganda. Sejak itu, Bank Sentral tidak hanya menyediakan lapangan kerja, melainkan juga bertanggung jawab atas stabilitas harga. Meskipun Menteri Keuangan meyakinkan wartawan bahwa dalam kasus ini kita tidak membahas perubahan mandat, Bank Sentral secara de facto akan mempertimbangkan situasi di pasar real estate, yang pada gilirannya tidak berkontribusi pada penurunan suku bunga lebih lanjut.

Sebenarnya, karena alasan ini, Dolar Selandia Baru melonjak, memperoleh alasan lain untuk bergerak naik. Misalnya, selama tahun pandemi, harga per meter persegi di Auckland (kota terbesar di negara kepulauan) meningkat sebesar 13%. Selandia Baru dianggap sebagai tempat berlindung yang aman, menjadi salah satu dari sedikit negara di dunia yang telah mengalahkan virus corona. Sekarang, hanya kasus terisolasi yang terdaftar, terutama selama masa karantina setelah tiba dari luar negeri. Ini juga alasan mengapa permintaan tinggi terhadap perumahan di kota-kota terbesar di negara tersebut stabil, baik dari pembeli lokal maupun dari investor asing. Inflasi harga real estate yang hampir tidak terkendali telah menjadi masalah politik. Penurunan suku bunga di tengah krisis virus corona telah menyebabkan penurunan biaya pinjaman dan akibatnya, gelombang permintaan perumahan lainnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pemerintah ingin benar-benar mengubah mandat RBNZ meskipun Bank secara resmi menyangkal hal ini: sekarang, saat mengambil keputusan, Bank Sentral juga akan mempertimbangkan situasi di pasar real estate.

Menurut banyak ahli, kemungkinan dampak dari inovasi tersebut adalah kenaikan suku bunga RBNZ pada awal tahun depan. Meskipun tidak mungkin untuk mengatakan ini dengan pasti, perlu diingat bahwa beberapa bulan yang lalu, pasar secara serius membahas kemungkinan penurunan suku bunga di area negatif. Saat ini, opsi ini dapat dikecualikan dari daftar kemungkinan yang ada. Minimal, suku bunga akan tetap di level saat ini, dan maksimal, akan dinaikkan pada paruh pertama 2021.

Latar belakang fundamental ini memungkinkan pembeli pasangan NZD/USD membuka cakrawala harga baru. Faktor fundamental lainnya juga mendukung pergerakan naik. Ini termasuk pertumbuhan indeks produk susu, pertumbuhan data China, dan, pada akhirnya, kemenangan atas virus corona. Semua ini menunjukkan bahwa Dolar Selandia Baru belum menghabiskan potensinya, yang berarti bahwa setiap pullback korektif dapat digunakan untuk membuka posisi beli.

Dari sudut pandang analisis teknikal, situasinya adalah sebagai berikut. Pada semua timeframe yang lebih panjang (termasuk grafik bulanan), pasangan ini berada di garis atas indikator Bollinger Bands dan di atas semua garis indikator Ichimoku (kecuali MN). Batas atas dari Kumo cloud, yang bertepatan dengan level 0,7060, adalah level resistance (target pergerakan naik).