Euro and pound collapsed yesterday amid news of another lockdown in the UK because of COVID-19.
According to the statements given by Boris Johnson, the new strain of coronavirus, which was discovered late last year in England, is spreading in the country at an alarming rate. There were even reports that say the Department of Health may not be able to cope with the growing infection rates. As a result, Johnson decided to impose another lockdown, and it would be effective today. Schools are switching to remote work, and all residents are allowed to leave the house only for a walk, to see a doctor or to a grocery store. Meanwhile, people with severe chronic diseases are recommended to be completely isolated.
Durasi dari lockdown yang diberlakukan tersebut masih belum dipastikan, namun paling tidak akan tetap berlaku hingga pertengahan bulan Februari. Pasalnya, saat itu akan sudah banyak warga Inggris yang sudah menerima vaksin, karena pemerintah menargetkan melakukan vaksin terhadap 2 juta orang setiap minggunya.
Saat ini, angka penyebaran COVID-19 di Inggris telah mencapai 58,784, dan setelah terdeteksinya virus jenis baru ini tercatat lebih dari 50 ribu kasus baru setiap harinya.
Sedangkan di Amerika Serikat, sebuah studi yang dilakukan oleh Duke, Harvard dan Johns Hopkins University, menunjukkan bahwa negara tersebut dapat mencatat tingkat kematian yang lebih tinggi dalam 10 tahun ke depan karena dampak virus corona akan berlangsung dalam jangka panjang pada kesehatan masyarakat. Tingkat kematian diproyeksikan akan naik sebesar 3%, sementara harapan hidup akan turun 0.5% selama 15 tahun ke depan. Laporan tersebut menunjukkan bahwa orang Afrika-Amerika dan wanita akan menerima dampak lebih berat.
Hal ini menunjukkan akan adanya resesi yang sangat serius dalam jangka panjang, bahkan di tengah maraknya vaksin COVID-19 dan bantuan dari pemerintah. Penurunan tajam terkait erat dengan kesehatan dan kematian, dengan tingkat pengangguran yang lebih tinggi maka akan semakin memperburuk situasi.
Sementara itu di Eropa, laporan yang diterbitkan oleh IHS Markit menyebutkan bahwa kondisi kerja di area tersebut membaik pada Desember 2020, terutama karena lonjakan pesanan dan pertumbuhan produksi yang kuat. PMI manufaktur melonjak dari 53.8 poin menjadi 55.2 poin, hampir sama dengan nilai ekspektasi para ekonom.
Sehubungan dengan itu, dapat dikatakan bahwa virus corona saat ini memiliki dampak yang lebih kecil terhadap perekonomian, bila dibandingkan pada kuartal ke-2, pada gelombang pertama COVID-19.
Jerman sekali lagi menjadi pemimpin pertumbuhan, yang diikuti oleh Italia, dan kemudian Prancis dan Spanyol.
Secara khusus, PMI Manufaktur di Jerman berada pada 58.3, sedangkan PMI Prancis berada di 51.1 poin. Sementara Italia meraih 52.8 poin.
Pada catatan lain, Loretta Mester, presiden Fed di Cleveland, kemarin menyatakan bahwa ekonomi AS membutuhkan lebih banyak dukungan dari kebijakan moneter dan fiskal pada tahun 2021, karena kemungkinan besar perlambatan ekonomi yang telah diperingatkan oleh Jerome Poweel diperkirakan akan terjadi. Hanya saja pada pertengahan 2021, kecepatan akan dinaikkan kembali karena adanya ekspektasi pada vaksin COVID-19. Bagaimanapun, Mester mencatat bahwa perlambatan akan sejalan dengan ekspektasi, oleh karena itu, kebijakan moneter mungkin tidak berubah.
"Akhir tahun 2020 yang lebih optimis tidak akan memerlukan perubahan dalam kebijakan moneter kita, karena ekonomi masih akan kurang dari target lapangan kerja dan inflasi," lanjutnya.
Berkaitan dengan pasangan mata uang EUR/USD, kenaikkan akan membutuhkan penembusan berulang dari 1.2275 untuk mendapatkan kendali yang kuat dari pasar, karena hanya dengan hal tersebutlah euro dapat mencapai 1.2310, 1.2360 dan angka ke-24. Tetapi jika kutipan bergerak dibawah 1.2275, euro dapat runtuh ke 1.2210, dan kemudian menuju ke 1.2170.
GBP: Laporan terbaru mengenai aktivitas manufaktur di Inggris, meskipun mengindikasikan peningkatan yang sangat tajam pada bulan Desember, namun tidak meningkatkan permintaan pound di pasar.
PMI Manufaktur naik dari 55.6 menjadi 57.5 poin, yang jauh lebih baik dari nilai yang telah diharapkan para ekonom. Masuknya pesanan baru menyebabkan peningkatan aktifitas dan produksi. Namun, resiko gangguan rantai pasokan akibat penundaan pelabuhan dan masalah logistik lainnya dapat secara signifikan mengurangi tingkat pertumbuhan indeks pada Januari tahun ini.
Laporan pinjaman hipotek juga tidak mempengaruhi pasar, meskipun meningkat dari 98,338 menjadi 104,969 di bulan November, dan jauh lebih baik dari perkiraan para ekonom.
Sebaliknya, pasangan mata uang GBP/USD masih bertahan, dan hanya setelah pertahan berhasil akan membawa kutipan di bawah 1.3560 maka pound akan turun ke 1.3480 dan 1.3375. Namun, jika kenaikkan berhasil menembus di atas 1.3630, maka GBP/USD dapat bergerak ke angka 370.
