Anggota OPEC bertemu pada hari Senin, dan membahas peningkatan produksi, yang diprotes mayoritas.

Sampai saat ini, kelompok tersebut mengambil pendekatan yang hati-hati, mengatur pertemuan bulanan, bukan beberapa kali dalam setahun. Prioritas mereka adalah memantau level produksi, dan di saat yang sama menghindari kontinjensi yang telah mereka kerjakan sampai menghabiskan tahun 2020.

Untuk bulan ini, OPEC telah memutuskan untuk menaikkan produksi sebesar 500.000 barel per hari, tetapi untuk bulan Februari, beberapa anggota mempertanyakan perlunya meningkatkan produksi.

Misalnya, Kuwait memperkirakan permintaan minyak akan pulih secara bertahap, terutama di paruh kedua tahun 2021, karena banyak negara telah mulai mendistribusikan vaksin COVID-19.

Arab Saudi juga tertarik untuk memperpanjang pemotongan, tetapi negara-negara lain, terutama mereka yang mencari cara untuk menyelamatkan perekonomian mereka, mendorong peningkatan.

Hal tersebut akan menguntungkan negara-negara anggota seperti Irak, yang berada dalam cengkeraman krisis ekonomi yang berkembang dan diperparah oleh pembatasan penjualan minyak.

Namun, kelompok tersebut perlu sangat berhati-hati saat mengambil keputusan, terutama karena banyak negara masih dalam status lockdown.

"Kami yakin OPEC tidak akan meningkatkan produksi pada bulan Februari, mengingat pembatasan saat ini di Eropa," jelas Helima Croft, kepala strategi komoditas di RBC Capital Markets.

Meskipun masih terlalu dini untuk mengatakan bagaimana situasi ini akan berdampak pada sektor-sektor utama ekonomi, sudah pasti dibutuhkan beberapa tahun untuk kembali ke level sebelum krisis.

Hingga saat ini, cadangan minyak di negara maju mencapai 163 juta barel di atas rata-rata lima tahun. Bahkan jika IEA tidak mengharapkan surplus baru, mereka memperingatkan bahwa mereka akan tetap bertahan bahkan jika OPEC meningkatkan produksi.