Sekuritas raksasa teknologi turun pada hari Senin sehingga memicu penurunan indeks saham AS.

S&P 500 merosot 0.7% sehingga menempati angka 3799.61 poin, yang hal ini sangat kontras dengan lompatan besar-besaran yang terjadi pada hari Jumat, ketika indeks ditutup pada rekor tertinggi lainnya.

Nasdaq Composite juga turun 1.3% dan menyentuh nilai 13036.43 poin, sedangkan Dow Jones Industrial Average turun 0.3% menjadi 31008.69 poin.

Penurunan ini menunjukkan bahwa investor khawatir bahwa Kongres AS akan memperketat pengawasannya terhadap raksasa teknologi, terutama di tengah insiden yang terjadi baru-baru ini di Capitol, ketika para pendukung Trump menyerbu dalam upaya untuk menunda pengakuan resmi terpilihnya Joe Biden sebagai presiden AS yang baru.

Setelah peristiwa di Washington, Facebook memblokir akun Trump, serta hal yang serupa dilakukan oleh Apple, Amazon.com, Google berhenti mendukung Parler, sebuah platform sosial favorit para pendukung Trump.

Sebelum terjadinya peristiwa ini, pasar saham AS telah tumbuh dengan mantap. Alasannya adalah harapan bahwa Kongres AS akan meningkatkan pengeluaran pemerintah dalam memberikan dukungan lebih lanjut bagi pemulihan ekonomi.

Jumat lalu, statistik makro menunjukkan bahwa pemulihan di pasar tenaga kerja AS melambat pada bulan Desember. Rupanya banyak para pemberi kerja telah memberhentikan pegawai mereka, sementara cafe, restoran, dan bar di banyak negara bagian juga terpaksa tutup karena pandemi virus Corona. Selain itu, dokter juga memperingatkan adanya peningkatan jumlah infeksi dan rawat inap pada bulan Januari akibat perayaan dan perjalanan selama liburan baru-baru ini.

Selain itu, risiko pun muncul begitu tahun baru dimulai. Salah satu contohnya adalah pernyataan Ketua DPR, Nancy Pelosi, yang mengatakan bahwa DPR dapat mengambil langkah-langkah untuk mendakwa Presiden AS yang sedang menjabat, Donald Trump, pada akhir pekan ini. Alhasil, pada minggu pertama Januari 2021, pelaku pasar berperilaku lebih berhati-hati saat melakukan perdagangan.

Jelas bahwa Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat AS serius untuk mengeluarkan resousi terkait pencopotan Trump dari jabatannya. Jika ditolak, maka mereka mengatakan akan membahas kembali langkah tersebut di hari Rabu. Namun secara objektif, peluang memecat presiden saat ini sebelum 20 Januari tidak terlalu besar.

Bagaimanapun, masalah di lingkungan politik AS ini telah mengembalikan investor ke sentimen yang terjadi di akhir 2020. Selain itu, situasi COVID-19 yang memburuk terus menekan para pelaku pasar. Sayangnya, tidak peduli seberapa besar investor mengharapkan prospek yang lebih baik di tahun 2021, skenario dasar, secara keseluruhan, tetap sama.

Selain itu, di tengah ekspektasi insentif tambahan, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun terus meningkat. Pada hari Senin, indikator ini dilaporkan sebesar 1.131%, dibandingkan 1.105% pada Jumat lalu. Siklus pertumbuhan berkelanjutan ini merupakan yang terpanjang terpantau sejak Oktober 2020. Selain itu, ekspektasi pemerintah untuk menerbitkan lebih banyak obligasi guna mendanai stimulus tambahan juga meningkat.

Sedangkan untuk indikator saham Kawasan Asia Pasifik, Shanghai Composite turun 1.1%, sedangkan indeks Hang Seng menguat 0.1%. Bursa saham Jepang tidak melakukan perdagangan karena hari libur.