Cryptomarket berada di puncak kesuksesannya selama hampir sepanjang minggu. Mata uang digital terkemuka, Bitcoin, terus-menerus mengatasi rekor demi rekor. Secara khusus, melonjak ke level tertinggi yang luar biasa, menembus level $52.000.
Analis percaya bahwa level harga ini bukanlah batasnya, karena BTC masih naik tajam menuju level tertinggi berikutnya. Volatilitas yang kuat dari pasar kripto tidak menghalangi Bitcoin untuk mencapai target baru. Pada hari Senin, cryptocurrency ini sedikit mundur setelah menembus level signifikan secara psikologis $50.000. Namun, segera membalas dendam dengan naik menjadi $51.000. Rangkaian rekor berlanjut hingga saat ini.
Pagi hari tanggal 18 Februari, Bitcoin diperdagangkan dalam kisaran $52.190 - $52.225, yang menunjukkan volatilitas pasar crypto. Dapat diingat bahwa harga Bitcoin melampaui level $52.000 pada hari Rabu di tengah berita dari pemasok Microstrategy. Perusahaan siap untuk meningkatkan penerbitan uang kertas konversi dari $600 juta menjadi $900 juta, dan juga berencana untuk menginvestasikan tambahan $150 juta. Dilaporkan bahwa Microstrategy akan menggunakan hasil penjualan untuk membeli cryptocurrency pertama tersebut.
Faktor lain yang berkontribusi pada pertumbuhan Bitcoin adalah minat BlackRock di dalamnya. Perusahaan ini, yang mengelola aset $8,7 triliun, berpotensi siap berinvestasi dalam koin digital terkemuka tersebut. Menurut Rick Rieder, Direktur BlackRock, dua dari dana mereka diinvestasikan di BTC futures awal tahun ini. BlackRock percaya bahwa sebagai bagian dari skema investasinya, perusahaan dapat menggunakan instrumen keuangan yang ada bersama dengan Bitcoin.
Pertumbuhan Bitcoin yang cepat menggairahkan para analis, yang memberi kita berbagai versi tentang apa yang sedang terjadi. Selain itu, pendukung cryptocurrency yakin bahwa aset digital terdepan berada di awal lintasan peningkatan dalam hal kapitalisasi. Menurut para ahli, situasi saat ini sangat berbeda dari pertumbuhan BTC sebelumnya di akhir 2017, yang saat itu mencapai $20.000 dan kemudian jatuh. Jadi, mereka mengaitkan pertumbuhannya saat ini dengan dua faktor terpenting: resesi ekonomi global akibat COVID-19 dan meningkatnya minat investor besar terhadap cryptocurrency. Perlu dicatat bahwa instansi pemerintah, yang mengakui aset cryptocurrency, juga memiliki peran yang vital.
Di saat yang sama, perdebatan tentang kemungkinan Bitcoin untuk menggantikan emas tidak mereda. Namun, penentang versi ini mengemukakan argumennya. Mereka percaya bahwa BTC tidak cocok untuk menyimpan modal, dan terlebih lagi sebagai aset "safe haven" karena volatilitasnya yang kuat. Pada gilirannya, pendukung Bitcoin mengimbau bahwa mata uang digital, seperti fiat dan logam mulia, dapat mencetak rekor baru, bahkan ketika emas turun di tengah kenaikan Dolar AS. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak orang menyebut Bitcoin "emas digital" dan sikap mereka terhadapnya berubah. Pada tahun 2017, pelaku pasar menganggap aset digital ini sebagai alat manipulasi dan upaya menyedihkan untuk mengusir mata uang fiat, tetapi sekarang, situasinya telah berubah.
Sebagian besar investor institusi telah merevisi pendekatan mereka terhadap Bitcoin dan aset virtual. Misalnya, Ray Dalio, seorang investor besar, miliarder, dan pendiri hedge fund Bridgewater Associates, sebelumnya menganggap BTC sebagai alat akumulasi yang tidak efektif karena volatilitasnya yang tidak berskala. Namun, pendapatnya berubah drastis pada akhir Januari 2021. Pengusaha tersebut mengatakan bahwa dia senang dengan bagaimana Bitcoin telah bertahan dalam ujian selama 10 tahun terakhir. Namun, dia masih mengklaim bahwa itu sangat tidak stabil dan memperingatkan investor tentang kemungkinan kehilangan hingga 80% dari investasi mereka.
Banyak ahli, termasuk analis JPMorgan, khawatir bahwa BTC tidak akan mampu mempertahankan posisi yang telah dicapai karena sulit bagi Bitcoin untuk mempertahankan rekor level harga karena volatilitas yang meningkat dan ketidakstabilan umum pasar crypto. Bank mengingat bahwa kapitalisasi cryptocurrency pertama telah tumbuh sebesar $700 miliar sejak September 2020. Para ahli menghubungkan dinamika ini dengan peningkatan jumlah investor ritel dan trader, meskipun investor institusional adalah pemimpin dalam masalah ini.
Beberapa ahli berpikir bahwa Bitcoin perlu melakukan koreksi karena pertumbuhannya yang non-stop. Penyetelan ulang semacam itu akan memungkinkan aset digital mencapai level baru. Di saat yang sama, ketika nilai BTC naik, momentumnya melambat, yang menunjukkan lemahnya tren naik. Dengan demikian, para ahli menganggap ini sebagai sinyal untuk potensi mundurnya aset digital, karena indikator saat ini menunjukkan overbought.
