Jumat lalu, emas batangan berakhir di wilayah positif, yang membantu mereka mencatat kenaikan mingguan ketiga berturut-turut. Serta, peningkatan ini adalah yang tercepat dalam 7 minggu terakhir - sejak awal periode tujuh hari, yang berakhir pada 21 Mei.

Sebelum akhir pekan, logam mulia utama ini naik 0,6%, atau $10,40. Berakibat pada nilai akhirnya di New York COMEX Exchange adalah menjadi sebesar $1,810,60.

Katalis di balik peningkatan daya tarik emas adalah volatilitas pasar saham AS, melemahnya mata uang AS dan penurunan imbal hasil obligasi pemerintah ke posisi terendah Februari. Mereka berada di bawah tekanan dengan meningkatnya kekhawatiran tentang penurunan laju kegiatan ekonomi di dunia.

Kendala utama dalam mengatasi krisis virus corona yang berlarut-larut saat ini adalah faktor utama terjadinya peningkatan angka penyebaran COVID-19. Selain itu, kekhawatiran terbesar disebabkan oleh mutasi baru virus yang lebih menular daripada jenis yang sebelumnya.

Pemulihan ekonomi global juga dihambat oleh terbatasnya akses vaksin di negara berkembang dan rendahnya efektivitas obat yang ada terhadap varian baru COVID-19.

Analis menekankan bahwa gelombang kepanikan virus corona berikutnya bermanfaat untuk kondisi emas, yang secara tradisional dianggap oleh para investor sebagai aset safe-haven. Sementara itu, instrumen keuangan berisiko, seperti surat berharga, sebaliknya, menderita dan mengalami kejatuhan.

Misalnya, Kamis lalu, ketika 3 indeks saham utama AS jatuh ke posisi terendah 3 minggu. Penurunan ini memberikan alasan untuk refleksi: beberapa ahli tidak percaya bahwa pasar AS akan dapat pulih.

Sehingga, para analis komoditas terkenal seperti Peter Grandich akhirnya bergabung dengan kubu yang skeptis. Dia tidak ragu bahwa sekarang pasar sekuritas berada dalam tahap "gelembung keuangan", dan Amerika Serikat dalam 2 tahun ke depan akan mengulangi skenario Jepang tahun 1990-an, ketika pertumbuhan eksplosif digantikan oleh tahap stagnasi.

"Selama dua tahun ke depan, ada kemungkinan bahwa kita akan mengalami penurunan yang akan melampaui atau menyamai beberapa penurunan terburuk yang pernah ada dalam sejarah A.S. karena menurut saya sejauh itulah gelembung ini," menurut pakar ini.

Grandich sendiri berniat menyimpan sebagian besar tabungannya dalam bentuk tunai hingga akhir tahun 2021. Menurutnya, dengan cara ini dia akan bisa berinvestasi secara menguntungkan pada saat harga aset yang menjanjikan menjadi turun.

Sementara itu, para analis sangat optimistis terhadap emas. Berbeda dengan para ahli The Goldman Sachs, yang tidak melihat potensi pertumbuhan jangka panjang dari logam kuning, Grandich berpendapat sebaliknya.

Dia yakin bahwa emas adalah aset yang paling dapat diandalkan di saat stagnasi, karena memungkinkan kita untuk menghemat modal. Untuk alasan ini, ahli merekomendasikan untuk berinvestasi dalam emas batangan pada tahap ini, dan bukan di saham Amerika, meskipun profitabilitasnya mungkin melebihi nilai logam mulia.

Masih menurut Grandich, dalam jangka panjang, harga emas bisa melonjak ke level yang sekarang dianggap jauh dari kenyataan. Kita berbicara mengenai angka $3 ribu dan bahkan sekitar $4 ribu per ons. Namun, seiring waktu, angka-angka ini tidak lagi tampak fantastis dan akan dianggap sebagai norma, catatnya.

Sementara itu, emas tidak dapat membanggakan tidak hanya indikator tinggi seperti itu, tetapi bahkan pergerakan ke atas di dekat tanda yang dicapai pada akhir minggu lalu. Pada Senin pagi, aset ini bergerak turun sebagai bagian dari koreksi.

Jadi, (pada saat penulisan artikel ini) kuotasi turun menjadi $1,801,25. Dibandingkan dengan penutupan sebelumnya, logam mulia turun $9,35, atau 0,51%. Harga perak juga turun. Aset merosot 0,61%, turun ke $26.075.

Tekanan utama di pasar logam mulia pada 12 Juli diberikan oleh nilai tukar mata uang AS yang terus meningkat. Di pagi hari, indeks dolar mencapai 92,19 poin, menguat terhadap pesaingnya sebesar 0,07%.