Emas kembali gagal menembus melalui level $1.800 per ons, namun menurut analis, salah satu pengendali

Gold failed to break through the level of $ 1,800 per ounce again, but according to analysts, one impending driver can take the precious metal out of its trading range.

Banyak ahli di bidang ini memperingatkan investor mengenai kemungkinan penjualan saham AS, dan ini mungkin apa yang diperlukan bagi emas pada musim gugur ini.

Goldman Sachs Group, Morgan Stanley, Citigroup Inc., dan Bank of America Corp. cemas bahwa pasar saham AS berlebihan nilai, Deutsche Bank AG juga bergabung dengan opini dari bank lain.

Ahli strategi komoditas senior Mike McGlone mengatakan bahwa volatilitas pasar saham mungkin diperlukan bagi emas untuk mendapatkan pergerakan logam mulia.

Banyak analis tetap netral dalam jangka pendek, menunjukkan bahwa emas akan tetap dalam kisaran terdekatnya.

Frank Cholly, Ahli Strategi pasar Senior di RJO Futures, mengatakan bahwa emas mengalami kesulitan saat indeks dolar AS naik diatas 93. Ia menambahkan bahwa segera setelah pasar menyadari bahwa inflasi tidak kemana-mana, emas akan memiliki peluang lain untuk naik ke level $2.000 per ons.

Menurut penelitian terbaru, harga emas terjebak, dan mereka tidak akan bergerak kemanapun dalam waktu dekat.

Minggu lalu, 15 analis Wall Street ikut serta dalam survei emas. 9 peserta, mewakili 60%, mencatat sideways trading. Sementara itu, perkiraan untuk penjualan dan pembelian masing-masing hanya bernilai tiga voting.

Investor ritel tetap optimis. Namun, peserta dalam poling turun ke level terendah di minggu sebelumnya.

Total dari 494 voting di lakukan dalam poling online. Dari mereka, 274 responden, atau 55%, memperkirakan kenaikan dalam harga emas minggu ini. 127 lainnya, atau 26%, setuju dengan penjualan, sementara itu 93 pemilih, atau 35%, memilih netral.

Ole Hansen, Ketua Saxo Bank dari strategi komoditas, mengatakan bahwa emas akan terus berjuang seiring dolar AS tetap relatif kuat.