Industri minyak AS menghadapi kenaikan tajam dalam biaya produksi.

Menurut survei energi Fed Dallas, sementara aktivitas dalam pasar minyak terus pulis dan persediaan tumbuh lebih cepat selama kuartal keempat, biaya juga meningkat.

Produksi minyak naik dari 10,7 ke 19,1, sementara biaya-biaya melonjak dari 60,8 ke rekor 69,8.

Tapi meskipun biaya yang lebih tinggi, sekitar 44% responden mengatakan mereka mengharapkan kenaikan sederhana dalam belanja modal pada 2022, sementara sepertiga responden mengatakan mereka mengharapkan kenaikan drastis. 8% diantaranya mengatakan mereka mengharapkan pemangkasan biaya tahun depan.

Dari segi ekspektasi harga, industri waspada dan optimis. Ketika ditanya berapa harga yang akan digunakan perusahaan mereka untuk merencanakan anggaran modal, hampir sepertiganya mengatakan antara $65 dan $80 per barel. Jumlah minoritas, sekitar 25%, mengatakan mereka akan menetapkan harga minyak antara $70 dan $75 per barel.

Perusahaan-perusahaan minyak AS juga berencana untuk mengembangkan produksi pada tahun depan.

Menurut 49% responden yang disurvei, targat utama banyak perusahaan pada 2022 adalah untuk meningkatkan produksi. Hanya 15% mengatakan akan menjaga level produksi saat ini, sementara 13% mengatakan target utama mereka adalah untuk mengurangi utang.

Dan meskiputn biaya naik, prospek selama enam bulan untuk industri itu tetap bullish, meskipun angkanya turun dari 58,9 pada kuartal ketiga menjadi 53,2 pada kuartal keempat.

Daniel Yergin dari IHS Markit mengatakan produksi minyak di Amerika Serikat dapat tumbuh hampir 1 juta b/d pada tahun depan.

Produsen-produsen AS memangkas produksi selama pandemi pada 2020, dari rekor 13 juta b/b menjadi 11 juta b/d. Sekarang, produksi berada di kisaran 11,8 juta b/d, menurut Badan Informasi Energi (EIA).

Yergin juga mengungkapkan bahwa ia berbicara dengan Menteri Energi AS Jennifer Granholm dan para petinggi industri minyak meminta untuk produksi ditingkatkan.