Harga minyak terpantau meroket pada hari Kamis dan Jumat minggu lalu setelah laporan mengindikasikan bahwa kerusuhan di Kazakhstan telah mengganggu produksi di Tengiz, ladang minyak terbesar di negara tersebut. Brent diperdagangkan lebih dari $ 82 per barel, sementara WTI berharga lebih dari $ 80.

Sebuah laporan Reuters mengatakan produksi sendiri terpotong oleh gangguan kereta api yang disebabkan oleh beberapa kontraktor yang menyatakan dukungan mereka kepada para pengunjuk rasa.

Kazakhstan sendiri dapat memproduksi sekitar 1,6 juta barel minyak mentah per hari, 700.000 di antaranya berasal dari Tengiz. Sebagai bagian dari kesepakatan OPEC tentang pengurangan produksi, negara tersebut mulai memproduksi minyak dengan lebih sedikit. Padahal, sebelumnya, negara-negara lain telah mengkritik Kazakhstan karena tidak mematuhi kuota yang disepakati. Februari ini kuotanya 1,589 juta barel per hari.

Kerusuhan di Kazakhstan meletus ketika harga bahan bakar naik secara signifikan. Hal tersebut terjadi ketika pemerintah mencabut kontrol harga pada bahan bakar gas cair (LPG), yang banyak digunakan warga Kazakhstan untuk bahan bakar kendaraan mereka yang dikonversi ke LPG karena lebih murah daripada bensin. Kenaikan harga BBM juga menyebabkan kenaikan harga konsumen. Protes pun terus berlanjut bahkan setelah pemerintah berubah menjadi lebih keras sebagai upaya untuk menenangkan para pengunjuk rasa.

Presiden Kassym-Jomart Tokayev juga mengatakan bahwa pagu harga LPG akan dipulihkan dan harga akan diturunkan. Namun, protes terus berlanjut, yang mengakibatkan kematian puluhan pengunjuk rasa dan penangkapan sekitar 2.000 orang. Juga tercatat 18 petugas keamanan tewas.