Ketika pasar saham AS terus terkoreksi ke bawah di tengah ekspektasi kenaikan pertama suku bunga The Fed pada Maret 2022, pasar Eropa dan Asia-Pasifik menunjukkan rebound indeks saham utama, menyusul hasil perdagangan Rabu dan pagi ini, secara keseluruhan.

Mengapa ada gambaran yang tidak sinkron di pasar?

Tampaknya hal ini disebabkan oleh ekspektasi investor Eropa dan Asia yang lebih terkendali terhadap prospek kebijakan moneter. Jelas bahwa pada pertemuan Desember Bank of England menaikkan suku bunga utama, dan hal yang sama diharapkan dari ECB dan regulator lainnya, misalnya dari Australia. Tapi mengapa kemudian pasar saham lokal tidak runtuh?

Kami percaya penyebab utamanya masih keseimbangan keadaan ekonomi negara-negara ini dan kawasan euro, berbeda dengan Amerika Serikat. Sejak krisis kuat terakhir tahun 2008-09, gelembung keuangan di Amerika sebagian besar tumbuh di tengah kebijakan moneter yang lunak dan peningkatan signifikan likuiditas dolar. Masalahnya semakin meningkat di bawah pengaruh langkah-langkah stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya dan hamburan "uang helikopter" selama pandemi COVID-19, yang menjadi salah satu alasan terpenting atas kenaikan tajam inflasi ke tingkat awal tahun 80-an abad ini. Situasi ini memaksa The Fed untuk mulai menaikkan suku bunga, yang menyebabkan pembelian saham dengan dana pinjaman tidak menguntungkan. Dana pinjama sebelumnya aktif digunakan oleh investor.

Proses ini datang dari dua sisi. Di satu sisi, saham perusahaan dijual, dan di sisi lain, obligasi Treasury AS dijual, yang menyebabkan peningkatan profitabilitas mereka. Namun menariknya, tidak ada penguatan dolar AS yang terkesan tidak biasa. Lagi pula, jika investor percaya bahwa Fed akan menaikkan suku bunga, maka ini akan meningkatkan nilai prospektif dolar AS terhadap mata uang lain, setidaknya untuk saat ini. Namun, ini tidak terjadi. Akibat perdagangan hari Rabu, indeks dolar bahkan terkoreksi ke kisaran 95,50 ketika indeks saham AS jatuh.

Kami percaya bahwa dolar AS berperilaku seperti ini karena fakta bahwa dolar menguat terhadap sekelompok mata uang utama di tengah gelombang ekspektasi kenaikan suku bunga pada musim gugur tahun lalu. Selain itu, meskipun pasar saham ambruk, tampaknya investor masih ragu bahwa kenaikan suku bunga pertama akan terjadi pada Maret. Dalam tinjauan sebelumnya, disebutkan bahwa pernyataan J. Powell menyusul hasil pertemuan The Fed yang akan diadakan pada 25-26 Januari, dapat berperan penting. Kami percaya bahwa jika dia menunjukkan tanda-tanda pertama perlambatan inflasi, seperti yang ditunjukkan oleh angka inflasi bulanan Desember, dan mengungkapkan harapan inflasi akan terus melambat, maka risiko kenaikan suku bunga bulan Maret akan berkurang signifikan. Dalam skenario ini, pembelian dolar AS jelas tidka layak dilakukan. Sementara itu, indeks saham AS diperkirakan akan menunjukkan rebound setelah minggu yang bergejolak dan koreksi ke bawah.

Menurut pendapat kami, statistik ekonomi yang masuk dan dinamika Treasuries perlu dipantau dengan cermat. Saat ini keduanya merupakan indikator utama kemungkinan arah pergerakan di pasar.

Prakiraan hari ini:

Pasangan EUR/USD praktis membeku ketika menunggu publikasi data inflasi konsumne UE. Jika tidak ada perubahan angka atau bahkan koreksi, ini mungkin menyebabkan penurunan EUR/USD ke level 1.1275.

Spot emas menembus keluar kisaran 1786.50-1831.50 di tengah aksi jual pasar saham AS dan masih adanya ketidakpastian terkait suku bunga moneter Fed mendatang. Konsolidasi di atas level 1821.50 mungkin memicu pertumbuhan selanjutnya ke level 1870.00.