Pada hari kedua bersaksi di depan komite Senat, Jerome Powell berbicara tentang inflasi yang tinggi dan upaya The Fed untuk mengatasinya. Saat ini, inflasi inti di AS terus berjalan setidaknya tiga kali lebih tinggi dari level yang ditargetkan The Fed sebesar 2%. CPI saat ini berada di 8,6%.

Tekanan inflasi tidak pernah begitu kuat dan persisten sejak tahun 1980-an. Sebelumnya, Ketua Fed mengatakan bahwa Federal Reserve AS sangat menyadari tantangan yang dihadapinya dan mampu membawa inflasi turun ke level target 2%.

Namun, pada kenyataannya, harga telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Jelas, ekspektasi Fed bahwa beberapa komponen rantai pasokan akan membaik tidak terpenuhi.

Selama tiga pertemuan terakhir, FOMC telah menaikkan suku bunga untuk membawa tingkat dana menjadi 1%. Pembuat kebijakan Fed, termasuk Jerome Powell, menjelaskan bahwa mereka akan terus menaikkan suku bunga, dan ruang lingkup pengetatan moneter akan tergantung pada situasi ekonomi. Rupanya, pada pertemuan berikutnya di bulan Juli, FOMC akan menaikkan suku bunga sekali lagi. Hal yang sama akan terjadi pada bulan September.

Pada hari Kamis, Gubernur Federal Reserve Michelle Bowman mengatakan dia mendukung kenaikan 75 basis poin pada Juli yang dapat diikuti oleh kenaikan 50 basis poin dalam beberapa pertemuan berikutnya.

The Fed bermaksud untuk membawa suku bunga acuan menjadi 3,5% pada akhir tahun. Bahkan jika Federal Reserve AS menaikkan suku bunga sebesar 24% pada akhir tahun, ini mungkin masih belum cukup untuk mengendalikan inflasi saat ini.

Dengan kata lain, tampaknya regulator AS tidak mampu melawan inflasi yang bersumber dari gangguan pasokan.

Siklus pengetatan moneter lainnya dapat menyebabkan resesi. Pertanyaannya adalah kapan resesi akan melanda dan seberapa dalam itu.

Situasi saat ini berdampak pada pasar logam mulia di mana nilai emas dan perak turun tajam.

Karena suku bunga terus naik, aset safe-haven akan tetap berada di bawah tekanan.

Idealnya, suku bunga harus mengikuti tingkat inflasi saat ini agar efektif.