Tidak lama lagi, pasar Jepang akan merayakan libur panjang, yang dikenal sebagai Golden Week, yang pada tahun ini akan lebih lama dari biasanya dan berlangsung sejak 27 April hingga 6 Mei.

Ingatan mengenai persilangan flash crash yen masih segar di ingatan para investor. Hal ini menyebabkan mereka waspada dan berusaha melindungi portofolio mereka dari kemungkinan fluktuasi selama jeda 10 hari.

Perlu diingat pada 3 Januari, yen dengan tajam naik terhadap dolar AS, mencapai hampir titik tertinggi sembilan bulan di sekitar $107. Pergerakan tak terduga nilai tukar mata uang Jepang ini kemudian membingungkan dan mengkhawatirkan para trader. Selain itu, fluktuasi tersebut tak terbatas hanya satu pasangan mata uang. Yen menunjukkan penguatan serupa terhadap dolar Australia, serta dalam pasangan dengan beberapa mata uang negara-negara berkembang.

Risiko terkait dengan yen, membuat para trader khawatir mengenai liburan panjang mendatang di Jepang. Praktik di lapangan menunjukkan kekhawatiran mereka berdasar.

Menurut Bloomberg, selama enam dari sepuluh tahun terakhir, yen menguat setelah Golden Week, mata uang Jepang tersebut telah melemah tiga kali dan hanya pada satu kesempatan, tahun 2010, pergerakannya praktis tidak berubah. Menurut prakiraan konsensus para ekonom yang baru-baru ini disurvei oleh lembaga tersebut, pada akhir Juni, mata uang Jepang akan meningkat menjadi $110.

Saya tidak mengharapkan pengulangan flsh crash 3 Januari, namun kita dapat melihat versi yang lebih kecil," ujar Toshiya Yamauchi, general manager mata uang di Ueda Harlow Ltd.

Beberapa agenda, termasuk negosiasi dagang antara Washington dan Tokyo, rapat reguler Federal Reserve AS mengenai kebijakan moneter dan rilis data tenaga kerja di Amerika Serikat, akan digelar selama jeda musing semi di Jepang. Hal ini meningkatkan kekhawatiran para investor terhadap perubahan tajam yen.

"Nampaknya para eksporter Jepang melakukan lindung nilai awal, mengingat penyempitan diskon ke depan dan keyakinan yang menyebar bahwa yen akan naik selama liburan panjang. Para importer, di sisi lain, menahan diri dari perdagangan sebelum liburan, karena diskon ke depannya berkurang akibat suspensi kenaikan suku bunga oleh Fed. Penurunan USD / JPY pada bulan Januari masih segar dalam ingatan, yang sekarang memaksa investor untuk melakukan pemesanan jauh dari level saat ini, "kata Tomohiro Nishida dari Sumitomo Mitsui Trust Bank.

"Keruntuhan 3 Januari terjadi akibat orang-orang yang mengumpulkan posisi buy untuk carry-trade pada akhir tahun lalu pada malam liburan Tahun Baru. Kali ini, harus ada beberapa pembelian, karena para pelaku pasar telah mempelajari hal ini. dan menghasilkan keuntungan. Penurunan USD / JPY mungkin tidak berhasil karena kurangnya carry trading. Namun, potensi pertumbuhan yen sealam liburan ke $ 113- $ 114 tetap, karena tidak semua posisi ditutup selama rebound pasangan USD / JPY mengikuti penurunan pada 3 Januari. Namun, kemana pun arahnya, pergerakan harga kemungkinan besar tidak akan terlalu besar, mengingat semua orang bersiap menghadapi risiko seperti itu," kata Mikihiko Yoshida, juru bicara Tokai Tokyo Securities Co.

"Aktivitas menurun, karena manajer dana tidak banyak melakukan kegiatan sebelum liburan. Investor Jepang tidak menambah posisi buy pada USD / JPY, meskipun kekhawatiran berlebihan tentang perlambatan pertumbuhan global telah hilang," menurut Juni Kato, seorang spesialis di Shinkin Asset Management.