Harga batu bara naik dan mungkin akan terus naik karena Indonesia telah memberlakukan larangan sementara pada ekspor batu bara, karena khawatir permintaan domestik tidak terpenuhi.

Presiden Joko Widodo juga mengancam para penambang untuk mencabut ijin usaha mereka jika mereka tidak dapat mencukupi konsumsi batu bara dalam negeri, Reuters melaporkan.

Indonesia adalah eksportir terbesar dunia batu bara termal, dan muncul kekhawatiran jika larangan itu akan mengganggu pasokan global.

Bloomberg mengatakan bahwa Indonesia diestimasi akan mengekspor 482 juta ton batu bara, jauh di depan eksportir terbesar dunia kedua, Australia, dengan 204 juta ton.

Harga batu bara tumbuh pesat tahun ini di tengah permintaan energi yang lebih tinggi dan terbatasnya persediaan gas alam. Pada waktu yang sama, eksportir batu bara meraup keuntungan besar karena dunia, dan bahkan Eropa mengubah sikap negatifnya pada bahan bakar fosil yang paling mencemari lingkungan.

China memicu rally, yang secara efektif melarang impor dari Australia di tengah kenaikan tajam permintaan energi, meskipun setelahnya China terpaksa melanjutkan pembelian batu bara Australia.

Namun, itu juga mengangkat kekhawatiran mengenai keamanan persediaan yang memicu level persediaan yang lebih rendah dari normal khususnya di Indonesia. Ini mendorong kebijakan pelarangan karena pemerintah khawatir mengenai risiko pemadaman listrik yang luas.

Indonesia telah memiliki mekanisme protektif untuk menjamin pasokan dalam negeri. Ini disebut kebijakan komitmen pasar dalam negeri, yang mewajibkan para penambang batu baru yang beroperasi di negara itu untuk memasok 25% produksi mereka ke perusahaan milik negara Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada harga tetap maksium $70 per ton. Sebagai perbandingan, batu bara acuan Newcastle sekarang diperdagangkan di atas $150 per ton.